Mohon tunggu...
Sri NurAminah
Sri NurAminah Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer

I am entomologist, I believe my fingers. Cerpen pertama Kartini Dari Negeri Kegelapan menjadi Juara III Lomba Menulis Cerpen (Defamedia, Mei 2023); Predikat Top 15 Stories (USK Press, Agustus 2023); Juara II Sayembara Cerpen Pulpen VI (September 2023); Juara II Lomba Menulis Cerpen Bullying (Vlinder Story, Juni 2024); Predikat 10 Top Cerpen Terbaik (Medium Kata, Agustus 2024); Juara III Lomba Menulis Cerpen The Party's Not Over (Vlinder Story, Agustus 2024); Predikat 10 Top Cerpen Terbaik (Medium Kata, Oktober 2024). Novel yang telah dihasilkan: Baine (Hydra Publisher, Mei 2024) dan Yomesan (Vlinder Story, Oktober 2024). Instagram: @srifirnas; personal website https://www.aminahsrilink.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lelaki Antagonis Dari Kebun Aren

17 Januari 2025   23:28 Diperbarui: 18 Januari 2025   04:13 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pondok gula aren (Sri NurAminah, 2013)

Rimbang tidak berkutik. Perbuatan jahatnya telah tertangkap basah dan banyak saksi mata melihatnya.  Segera Rimbang dibawa ke rumah Pak RT. Sekejap saja, halaman rumah Pak RT dipenuhi masyarakat penuh rasa ingin tahu. Rimbang duduk bersimpuh dekat kaki Pak RT.

"Kenapa kamu berlaku jahat seperti ini di pondok Daeng Takko?"

Pemuda ceking itu meremas jarinya.

"Lihat mataku dan jawab pertanyaanku," suara Pak RT menggelegar. Tubuh Rimbang terhuyung ke samping, bibirnya kaku tidak dapat berkata apapun.

"Kenapa kamu begitu jahat merusak hasil kerja keras Daeng Takko? Perbuatanmu ini telah memecahkan piring nasi keluarga itu."

Rimbang tetap membisu dan menundukkan kepalanya.

"Cepat jawab pertanyaan Pak RT," seseorang dari belakang menoyor kepala pemuda berambut gondrong itu. Rimbang memandang wajah Pak RT dan semua orang di sekitarnya. Bola matanya berkilat marah.

"Kenapa kamu diam? Kami tidak ragu malam ini akan membawamu ke kantor Polisi," terdengar suara Daeng Takko mengancam Rimbang. Mendengar kata kantor Polisi, nyali Rimbang langsung ciut.

"Silahkan bungkam, nanti Polisi yang memaksamu membuka mulut."

Pemuda bertubuh ceking itu mengusap wajahnya. Dia memandang wajah Pak RT dan semua orang di situ. Matanya memancarkan dendam kesumat.

"Aku yakin kamu sudah berkali-kali melakukan tindakan kejam ini. Mengapa kamu tega merusak nira Daeng Takko? Apakah kamu iri dengan kesuksesan keluarga ini?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun