Penolakan Lela menimbulkan gejolak sakit hati dalam dada Rimbang dan dilampiaskan kepada Daeng Takko. Dia mengamati aktivitas harian lelaki itu mengolah nira menjadi gula aren. Rimbang melihat setiap pagi Daeng Takko memanjat pohon aren untuk menyadap nira. Calon bapak mertuanya menyantol sebatang bambu diikat tali di dekat pelepah bunga aren untuk diambil niranya. Setelah salat Zuhur, Daeng Takko datang memanen nira yang telah ditampung sejak pagi. Nira yang diperoleh segera dimasak dalam wajan di atas  tungku kayu berada di pondok dalam kebun aren. Naimah bertanggung jawab memasak nira sampai menjadi gula. Rimbang memperhatikan ritual keluarga ini selama beberapa hari sebelum menjalankan niat gilanya.
"Ayo kita pulang Pak, hujan bakal turun sangat deras hari ini. Kata Pak RT, sudah terjadi banjir di hulu."
"Tunggu Bu, kututup dulu nira ini. Semoga besok pagi kita dapat segera mengolahnya menjadi gula aren."
"Simpan di tempat biasa, insya Allah aman," percakapan itu di dengar oleh Rimbang. Pemuda jahat itu memperhatikan saat Daeng Takko menyimpan nira hasil sadapannya. Setelah pasutri itu mengunci pintu pondok, mereka bergegas pulang karena awan gelap telah menutupi langit. Â Rimbang tetap tinggal mengamati orang tua Lela sampai menghilang dari pandangan. Keesokan harinya Rimbang menunggu kesempatan menjalankan aksinya merusak nira hasil sadapan Daeng Takko. Dia sudah menahu benar dimana Daeng Takko menyimpan sisa nira yang belum diolah. Dia berjalan di dalam pondok gelap dengan bantuan senter dan dia menemukan puluhan bambu berisi nira dibungkus terpal. Senyuman jahat merekah di wajahnya. Diambilnya bungkusan berisi bubuk ajaib dari dalam saku celana dan menuangkan isinya ke dalam semua tabung bambu itu.
"Lela... kau rasakan pembalasanku karena kamu menolakku mentah-mentah. Terima jugalah rasa sakit hatiku Daeng Takko. Kuhancurkan kehidupan keluargamu dengan hadiahku ini," disemburkannya ludah ke dalam bambu yang sudah dibuka tutupnya. Bagaikan orang kesurupan, Rimbang tertawa menggelegar dalam kesunyian malam di kebun aren.
*
Tragedi mengerikan mulai menimpa keluarga Daeng Takko. Pasutri itu sangat terkejut mengapa semua pembeli gula arennya melakukan komplain yang sama, gula terasa sangat pahit dan mengandung banyak ampas. Bahkan ada yang muntah dan sakit perut setelah memakannya. Daeng Takko sangat curiga seseorang telah melakukan sabotase produknya. Dia segera bertindak cepat. Puncaknya, Rimbang tertangkap basah saat sibuk menambahkan bubuk rahasia berupa serbuk kapur campur tanah liat dan guntingan serabut aren ke dalam tabung nira yang bakal diolah menjadi gula aren. Lelaki jahat itu mengguncang bambu supaya nira bercampur dengan ramuan ajaibnya. Kejadian itu membuat Lela sangat yakin memutuskan hubungan dengan Rimbang dan lelaki itu masuk ke dalam tahanan polisi untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya (srn).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI