"Tenang Pak, semua berada di bawah kendaliku. Ayo tunjukkan sesuatu pada mereka," perintah Spiderman. Ceking turun dari mobil dan menuju ke lumbung tua. Dari situ, Ceking mengeluarkan sebuah tempayan berlumut, tampak sangat berat.
"Arona, kamu ambil semua isi tempayanku. Gunakanlah untuk membantu orang miskin. Aku ikhlas kamu pakai semua uang simpananku."
"Mengapa engkau memberikannya padaku?"
"Sebagai permohonan maafku untuk kamu dan orang tuamu. Mulanya almarhumah ibuku akan kubelikan sepetak kebun, namun beliau keburu meninggal terkena racun Mak Bawel. Aku terpaksa mengikut Mak Bawel karena aku tidak sanggup ditinggal mati ibuku. Aku tahu siluman itu telah memanfaatkan diriku untuk berbuat jahat namun apa dayaku. Aku tidak punya siapapun yang dapat kupercaya. Aku menuang racun kelabang karena Mak Bawel mengancam merusak makam ibu jika kutolak maunya."
Mata Arona membelalak melihat tempayan penuh uang emas.
"Jangan diambil uang haram itu Arona. Dia sudah meracuni orang di kampung kita," maki Bapak.
"Aku mohon maaf pada kalian semua. Terimalah uang ini untuk menebus salahku. Silahkan beli apa saja keinginanmu."
"Kamu mau kemana?" tanya Neneknya Arona.
"Aku mau mencari jalanku. Spiderman, bawalah aku sampai ke balik bukit itu. Di sana adalah makam ibuku. Aku mau hidup tenang dengan pusara ibu di sisiku. Selamat tinggal Arona."
Ceking mengambil handuk kecil dan menyeka wajahnya yang terlihat sangat lelah. Spiderman melesat membawa Ceking ke tempat yang diinginkan (srn).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H