"Kalian piknik disini ya? Hati-hati, hutan ini sangat berbahaya saat malam hari."
"Kamu siapa?" Bapak kembali bertanya. Perempuan itu terkekeh.
"Aku Mak Bawel, penjaga hutan angker ini."
Semua penumpang angkot terkejut, jangan-jangan perempuan ini bangsa siluman atau kuntilanak.
"Namamu Arona kan?" jemarinya menunjuk wajah Arona yang pucat pasi.
"Cupu, ambilkan tujuh lembar daun sirih hutan dari dalam buntelanmu," instruksi Mak Bawel pada salah satu kurcacinya.
"Arona sering pingsan karena ada penyakitnya," Mak Bawel menunjuk Maknya Arona, diiyakan dengan anggukan keheranan, kok dia tahu ya? Mulut Mak Bawel komat kamit baca mantra. Dia menyuruh Arona berdiri di sampingnya dan memukul daun sirih hutan ke seluruh tubuh Arona yang terdiam kaku.
"Sekarang kamu tidak sakit lagi. Bagaimana perasaanmu?"
"Lebih enakan Mak, terima kasih," Arona mencium tangan Mak Bawel. Mak Bawel menunjuk wajah pemuda, si sopir angkot.
"Ini nih yang pernah menabrak rombongan ayamku sampai tewas. Kamu biang kerok penyebar racun kelabang di sungai tempat MCK di Kampung Noktah."
Supir angkot itu kelabakan. Semua mata memandangnya tajam, menanti kejujuran.