“Aku kuatir keselamatannya. Pasti dia akan mencari orang tuanya di istana Zarek Nocturne.”
“Kenapa kamu harus cemas? Sekarang pikirkan bagaimana kita dapat hidup aman tanpa gangguan Zarek Nocturne. Aku bosan setiap tahun harus mengirim upeti padi emas kepada penguasa laknat itu. Seharusnya dia memberikan upeti kepada kita karena telah mengembalikan nyawanya.”
“Diamlah Margo, mulut lancangmu dapat membawa kita menjadi tikus bergigi biru seperti yang dilakukan oleh Zarek Nocturne pada Uno Wooden dan istrinya,” maki Mr. Augusta. Lelaki itu meninggalkan istrinya yang cemberut.
*******
Himeko menangis dan terus berlari menuju ke istana Zarek Nocturne. Tiba-tiba dia berhenti dan mengeluarkan Bola Emerald dari sakunya.
“Wahai Dewi Bulan dan Bola Emerald. Mohon bantuanmu untuk mengenyahkan Zarek Nocturne dan menyelamatkan kedua orang tuaku dari kutukannya,” Himeko mencium bola ajaib itu dan menempelkannya di dahinya. Muncullah asap tipis menutupi seluruh tubuhnya. Ternyata dia telah berganti baju dan badannya melayang menembus awan. Himeko mendarat dengan selamat di hadapan pohon sialang yang menopang istana Zarek Nocturne. Sepasukan lebah maut mendatanginya.
“Kamu datang mencari mati ya?” lebah maut itu mengejek Himeko yang mengenakan baju dan ikat kepala berwarna putih. Wjah gadis itu memancarkan cahaya berkilau.
“Sampaikan pada Zarek Nocturne, aku menantangnya untuk berduel di sini.”
“Lancang sekali kamu langsung menyebut nama Yang Mulia. Memangnya dia siapamu?” lebah maut itu akan menusukkan pedang beracunnya ke dada Himeko namun dia terpental. Tubuhnya terdorong kekuatan tidak terlihat.
“Kurang ajar, kamu mau pamer kekuatan di sini? Rasakan tikaman pedangku,” sang lebah maut kembali menusuk dada Himeko namun gagal. Ulahnya menjadi bahan tertawaan lebah maut lainnya. Segera terdengar yelyel sangat menyakitkan hati.