Mohon tunggu...
Sri NurAminah
Sri NurAminah Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer

I am entomologist. I believe my fingers...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Luka Kehidupan

17 Oktober 2023   14:19 Diperbarui: 17 Oktober 2023   14:31 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua Sejoli (Sri NurAminah, 2021)

Perasaan kacau balau yang menyesakkan dada membuat Pute nekad mencari kekasih pujaannya di Pelabuhan Makassar. Berbeda dengan kedatangannya yang pertama kali, hari itu Pute ditemani janin tanpa dosa yang bersemayam dalam perutnya. Hembusan angin laut tidak mampu memberikan kesejukan di siang terik yang membakar dermaga. Pute memandang beraneka macam transportasi laut merapat di tempat itu.  Dilihatnya banyak perahu mengangkut ikan, udang, teripang dan hasil laut lainnya. Lalu lalang fork lift, kuli pembawa barang dan tengkulak membuat suasana semakin ramai. Bau amis air laut menabrak cuping hidungnya. Dengan langkah pasti dia berjalan menuju blok kayu yang berada di bagian ujung dermaga. Sekuat tenaga Pute menekan rasa malunya melintas di depan serombongan lelaki yang mengobrol menghilangkan lelah. Keringat menganak sungai membasahi kening Pute yang berkilat terbakar mentari.

Saat tiba di tempat tujuannya, Pute celingak-celinguk mencari sesuatu.

"Mau ketemu siapa?" sebuah suara bariton menyapanya. Pute menjadi salah tingkah.

"Saya mau bertemu Rahman."

"Rahman siapa? Kamu apanya Rahman?" pandangan mata lelaki seumur ayahnya itu menyelidik pada raut wajah Pute yang terlihat sangat lelah.

"Pasti dia mencari Rahman yang kuli angkut terigu, Pak Bos," celetuk cepat seseorang yang menguping pembicaraan itu. Pute merasa bersyukur terselamatkan dari pertanyaan orang yang tidak dikenalnya.

"Sekarang kau panggil Rahman, katakan ada seseorang yang mencarinya, dan kau cewek, duduk disana. Di sini  jalur lintasan pengangkut barang, jangan sampai kau terlindas fork lift," lelaki yang dipanggil Pak Bos menunjuk jejeran bangku yang berada di sudut.

Tidak berselang lama, Rahman muncul dengan wajah sangat terkejut melihat kondisi Pute yang kurus dan berwajah pucat pasi.

"Kamu kenapa Pute?" dirabanya kening sang gadis. Tidak ada tanda-tanda demam hanya keringat yang terus bercucuran. Pute menarik tangan Rahman dan meletakkannya di atas perutnya.

"Ada apa ini?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun