"Do you like this one?" Kevin menunjuk gumpalan keju mozzarella.  Aku mengiyakan dan kembali dengan sabar dia menyuapkan makanan itu.  Caf itu sangat ramai dengan orang yang menikmati hidangannya masing-masing. Sifat individual orang Amerika membuat tidak satupun mulut  nyinyir melihat Kevin menyuapkan makanan untukku.
Sambil mengunyah keju mozzarella, aku mendorong piring berisi makanan pesanannya dan meminta Kevin untuk memakannya selagi masih hangat. Aku menyuapinya dengan penuh sayang dan dia memakan pesanannya dengan lahap, mungkin energinya habis setelah menggendongku dalam perjalanan. Â Hujan rintik masih menemani malam yang semakin pekat.
"How do you feel Dell?"
"It is better. Thanks a lot."Â
Kami melanjutkan makan dalam diam. Hanya terdengar denting pisau dan piring.
"Please prepare your personal belonging. I will grab Uber to your home." Kevin memanggil pelayan dan membayar bill yang berada dalam nampan kayu.
"Again, thank you for delicious dinner and beautiful flowers. God bless you Kevin."
"Pleisure honey."
Tidak lama Uber tiba menjemput kami. Kevin mengantarku sampai ke apartemen. Sebelum pulang dia memastikan keadaanku baik-baik saja.
"I will see you tomorrow, Dell. Have a nice dream." Kevin mencium punggung tanganku yang melepasnya dari pintu pekarangan.
"Thank you."