"Wow...beautiful Bali and Raja Ampat."
"Off course, there are many of beautiful island."
Sejauh yang kulihat, di Denver memang banyak berkeliaran student berasal dari negara Asia yaitu: Malaysia, India, Vietnam, Filipina dan Cina. Orang Indonesia cenderung lebih senang bermukim di Boston untuk kuliah di Harvard University yang terkenal itu. Aku membalikkan badan, ingin segera berlalu dari hadapan kasir cakep yang sukses membuat jantungku menggelitik deg degan tidak karuan. Tiba-tiba terdengar suara berat memanggil nama Kevin dari kejauhan.
"I will see you again," teriaknya sambil berlari ke dalam King Soopers building. Aku melengos. Lah iyalah, aku akan ketemu lagi sama kamu jika berbelanja sembako di sini.
Saat aku berbelanja di minggu berikutnya, Kevin lagi yang melayaniku. Koin dime yang tersisa sejak transaksi pertamaku dengan Kevin kujadikan sebagai penjaga abadi dalam dompetku. Entah mengapa aku merasa senang jika dilayani oleh Kevin. Keramahannya kepada semua orang membuat aku sering merasa 'jealous' jika dia bercanda riang dengan cewek bule customernya. Tapi aku segera sadar diri, tujuan utamaku ke Colorado untuk sekolah, bukan untuk lain-lain. Sikapku selalu dingin kepada Kevin. Aku beranggapan bahwa tabiat Kevin pasti sebelas dua belas dengan Lee, mantanku yang doyan berbohong dan berselingkuh di belakangku. Â Â Â Â Â Â
Beberapa hari kemudian, tanpa sengaja kulihat Kevin duduk manis di teras depan North Class, tempat kuliahku. Tampaknya dia sedang menunggu seseorang. Disampingnya terdapat segelas cappuccino made in Starbuck. Aku berusaha untuk menghindar namun dia keburu melihatku.
"Hey..." cowok ramah itu segera berlari menghampiriku.
"What are you doing here?" aku bertanya menyelidik.
"I am waiting for someone special," jawabnya ngasal yang membuat perasaanku menjadi deg-degan tidak karuan. Ihhh...ge ernya guwehhh, aku mengumpat dalam hati.
"Oh okay. I will see you soon, Kevin."
"Dell..." kudengar Kevin memanggil namaku. Jantungku tiba-tiba terasa berhenti berdegup.