Kuusap kedua kakiku yang tidak dapat lagi digunakan untuk berjalan akibat dihantam pecahan buritan yang terbawa ombak.
"Berapa lama kamu bertinggal di pulau terpencil itu?"
"Aku tidak paham berapa lama aku tinggal disana karena aku sempat lupa siapa diriku. Setiap malam aku selalu dihantui oleh bayangan hitam dan suasana saat kecelakaan itu terjadi. Pulau yang kutempati  jarang dilewati kapal. Entah mengapa pada suatu sore Mak Nunuk melihat ada kapal di kejauhan. Mak Nunuk membakar ranting dan dedaunan sehingga pemilik kapal menyinggahi tempat itu. Aku dibawa oleh pemilik kapal menuju ke suatu tempat yang terasa sangat jauh di pedalaman Kalimantan. Disana aku membantu si pemilik kapal sebagai balas budiku. Aku menjadi guru sukarela untuk mengajar baca tulis anak-anak dari suku yang hidup di pedalaman."
"Mas Yudha, bagaimana anak kita Jasmine? Apakah dia baik-baik saja?"
"Jasmine sudah tumbuh menjadi gadis remaja. Tahun ini dia akan lulus sekolah dan melanjutkan ke Perguruan Tinggi idamannya."
"Alhamdulillah, aku senang sekali mendengarnya. Semoga aku diberikan umur panjang untuk bertemu kembali dengan Jasmine, anak kita."
Mas Yudha membelalak heran mendengar kalimatku yang terakhir.
"Masa iya kamu tidak pernah ketemu dengan Jasmine?"
"Maksudmu...Jasmine anak kita?"
"Iya...putri kita Jasmine. Gegara Jasmine dan intervensi gurunya yang sok tahu itu  sampai aku harus datang  ke sekolahnya hari ini."
"Jadi...Jasmine yang kita bahas tadi adalah..."