Lelaki itu mengatupkan rahangnya menahan haru.
"Aku sangat bersyukur bertemu lagi denganmu Dayu. Â Ya Tuhan, terima kasih atas perlindunganmu kepada istri tercintaku".
Kurasakan tangan kekar mas Yudha menggenggam erat tanganku dan menciumnya penuh kerinduan.
"Terima kasih Tuhan, akhirnya kutemukan lagi rembulan kehidupanku," bisiknya perlahan. Aku menangis sesenggukan, masih ada rasa tidak percaya, seakan mimpi rasanya.
"Mas Yudha, kenapa kamu yakin bahwa aku Dayu?"
"Kamu tidak dapat mangkir dariku, Dayu. Aku kenal betul lekuk liku tubuhmu dan semua tanda yang ada di dalamnya. Aku sangat kaget melihat tanda lahir di lenganmu saat pulpenmu jatuh tanpa sengaja."
Aku menatap tanda lahirku yang selalu kututup dengan lengan baju. Tanda lahir berwarna hitam dan berbulu sehingga aku sering minder dibuatnya. Kutatap mata lelaki yang bernama Baratayudha, lelaki yang telah ditakdirkan menjadi suamiku. Â Rona kemarahan dan sikap dingin beku dalam sinar matanya telah berganti menjadi sepasang mata redup penuh harapan.
"Saat Jasmine terlepas dari pelukanmu, aku segera berenang dan mencarinya. Alhamdulilah Jasmine segera kutemukan tetapi aku kehilangan kamu, Dayu. Aku terapung di laut dengan berpegang pada sepotong kayu. Suatu anugerah, kayu itu muat dengan badan Jasmine sehingga aku menidurkannya disitu. Pagi harinya aku diselamatkan oleh sebuah kapal nelayan yang melintas di sekitar tempat karamnya kapal. Laut sekitar penuh dengan barang milik korban dan tubuh jenazah. Aku mencari kiri kanan, berharap menemukan dirimu berada di antara korban yang selamat. Tetapi kamu tetap tidak ada."
Mas Yudha menutup mukanya. Aku menghela nafas panjang. Kupejamkan mataku, kubiarkan butiran air menetes bersama rasa haru biruku.
"Bagaimana kamu dapat selamat dari kejadian itu Dayu?"
"Aku tidak menahu bagaimana ceritanya, Mas Yudha. Ombak membawaku mendarat di satu pulau kecil yang terpencil. Disitu aku bertemu Mak Nunuk, seorang nenek sebatang kara. Dirawatnya semua luka bakarku dengan ramuan tumbuhan pulau yang diraciknya sendiri. Sayangnya beliau tidak dapat mengobati kelumpuhanku. Sejak kejadian itu aku tidak dapat lagi berjalan dan harus dibantu dengan kursi roda."Â