Mohon tunggu...
Sri Rahayu
Sri Rahayu Mohon Tunggu... Lainnya - Menyukai literasi

Seorang ibu rumah tangga

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Keseruan Jalan-jalan ke Semarang

3 Agustus 2023   14:59 Diperbarui: 3 Agustus 2023   16:20 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Rencananya aku akan tinggal seminggu di rumah orang tuaku di kota Pati Jawa Tengah. Aku pulang ke Jawa sendiri karena pulangku kali ini juga memang kebagian nyetir mengantarkan rombongan keluarga dan juga kedua anakku sudah aktif bekerja tidak bisa cuti. 

Menikmati ngobrol bersama ibuku yang tinggal sendiri di rumah adalah suatu hal yang sangat menyenangkan dan sayang sekali untuk di lewatkan. 

Bagi teman-teman sebayaku, pulang kampung dimanfaatkan untuk main dan bersenang-senang untuk reuni dengan teman-teman sokolah tapi bagiku tidak. 

Aku lebih senang di rumah berbagi cerita dengan ibuku, membantu beberes rumah karena sudah setahun ini asisten rumah tangga yang dulu membantu ibuku melahirkan lagi dan ijin untuk tidak bekerja lagi. 

Agak repot memeang tidak ada asisten rumah tangga di rumah ibuku karena kalau pas adikku datang bersama anak-anaknnya yang masih kecil pasti sepulangnya akan berantakan semua kamar dan ruang tamu serta dapur. Tapi yah itulah serunya. Menikmati dan menjalani dengan senang adalah motto ibukku yang patut ditiru.

"Assalamualaikum mbah"

Belum sampai terjawab salamnya, tamu sudah duduk di ruang tamu sambil tersenyum. Beliau adalah tetangga dekat ibuku yang hampir setiap hari bertandang ke rumah

"Waalaikum salam mbak Yati" jawabku sambil keluar dari dapur dan mengulurkan tangan untuk bersalaman. Adab kami kalau baru pulang ke jawa dan baru ketemuan.

"Lho mbak Sri kapan datang?" tanyanya sumringah

"Tadi malam jam 8 mbak jadi sopir tembak mbah Ti" jawabku sambil tertawa lebar

Mbah Ti adalah nama panggilan sayang ke ibukku. Panggilan Mbah disematkan pada saat lahirnya anak pertamaku yang merupakan cucu pertama dalam keluargaku.

Saat aku pengin pulang ke Jawa kebetulan ibu daan anak cucunya berlibur ke Jakarta selama 10 hari dan saat pulang tidak ada yang punya waktu untuk mengantar pulang mereka ke Jawa jadilah aku yang kebagian nyetir dari Jonggol tempat adikku sampai ke Pati. Perjalanan ke Jawa Tengah sekarang sudah sangat mudah dan terbilang cepat sejak ada jalan tol.

"Wah mbak Sri hebat ih" kata mbak Yati yang usiany mungkin hanya terpaut 5-7 tahun dari usiaku.

"Iya, sopirnya joss Yat. Cuma berhenti sekali di rest area. Nggak pakai lama dan nggak ada yang gantiin nyopir pula" Ibukku yang dari tadi sibuk di dapur tetiba sudah ikut nimbrung dalam percakapan yang ringan antar tetangga.

"Mbak Yati, bagaimana kabar ibu mertua pak RT yang katanya mau di operasi di Semarang? Kan saya sudah sepuluh hari nih nggak update kabar-kabarnya" kata ibukku yang nggak pakai titik koma lagi karena sakingnya pengin tahu kabar dari salah satu anggota keluarganya pak RT.

Aku salut sekali sama ibukku yang sangat care pada tetangga apalagi kalau ada yang sakit, menggok orang sakit atau orang yang lagi kesuasahan. Nah sifat ini yang belum bisa aku tiru sampai saat ini,. Di saat usiaku sudah mulai senja, rasa egoku masih saja tingg aduuuhh gimana ini cara belajar dari ibukku.

"Nah saya datang ke sini juga pengin bahas sama ibu juga tentang hal itu. Kabar yang saya terima dari bu RT bahwa ibuknya sudah di operasi di RS Karyadi Semarang dan saat ini masih di rawat di sana mungkin sampai 3 hari ke depan"

"Lho bukannya saat itu di RS Kudus"

"Iya bu, dipindah Semarang karena peralatannya nggak mendukung"

"Kemarin itu pas ibu lagi liburan di Jakrta, kami rasan-rasan pengin nebeng mobil ibuk untuk nengok ke Semarang"

Kupandangi wajah ibukku masih diam dan berfikir.

"Ya Allah seumpama aku berlebih materi pasti aku langsung jawab iya atas nama ibukku. Tapi saat ini aku benar-benar diuji Tuhan dalam hal materi. Pengin nangis deh rasanya. Bisa dibayangin kan abis liburan bawa anak cucunya ke Jakarta abis berapa" bisik batinku. Aku hanya diam menunggu jawaban ibukku.

Dalam hal seperti ini biasanya memang keluarga kami yang dekat dengan tetangga dan kebetulan orang tuaku luar biasa dermawan kalau untuk kerukunan tetangga. 

Salut banget sama ajaran orang tuaku. Sejak orang tuaku dihadiahi mobil oleh adik bungsuku, sejak itu pula mobil yang dirumah seperti mobil social yang bisa dipakai warga. Dan inilah kebahagiaan orang tuaku. Banyak tetangga yang mempunyai mobil tapi mereka enggan untuk meminjamkan atau dipinjami, tapi orang tuaku beda. 

Almarhum ayahku selalu berpesan agar berbuat ttttttsesuatu untuk orang lain, beliau ingat betul dan masih sangat merasakan pada saat anak-anaknya masih kecil dan hidup serba kekurangan, jadi pada saat anak-anaknya sudah mandiri dan cukup, maka saatnya orang tuaku membalas kebaikan yang dulu pernah diterima dari orang-orang baik apapun bentuknya.

"Bu sopir, gimana ini? Sanggup nggak pergi lagi" senyum ibukku mengembang sambil melihat ke wajahku. Ibukku takut aku kecapakan abis perjalanan jauh jadi minta pertimbanganku untuk mengantarkan emak-emak ini ke Semarang

"Saya mah siyap wae lah" jawabku

"Bentar dulu ya aku belum sholat tadi. Aku tinggal sholat bentaran ya" kata ibukku meninggalkan kami masih berdua dengan mbak Yati.

Selang beberapa waktu sekira ibuk sudah selesai sholat, aku ngelongok ke kamar beliau. Rupanya beliau sedang membuka dompet dan menghitung kira-kira ongkos buat pergi besok cukup nggak. 

Aku cuma tersenyum. Sekarang ini ibuk lebih banyak disupport materi dari aduk bungsuku. Duapuluh lima tahun yang lalu akulah yang paling besar mensupport keluarga terutama dalam hal pendidikan, kini semua berbabanding terbalik. Adik-adik yang aku sekolahkan sudah mapan dan bis membahagiakan orang tuaku.

"Eh kamu. Mbak Yati masih di luar"

"Masih bu, kan emang nungguin ibuk sholat katanya. Aslinya sih nunggu jawaban bu" jawabku nyengir

Aku nyelomg duluan ke ruang tamu meneruskan ngeru,pi sama mbak Yati. Hal yang jarang aku lakukan di rumahku.

"Piye piye, gimana lanjutan nya yang tadi" Tanya ibukku ke mbak Yati

"Iya mbah, beberapa tetangga sudah pada daftar sama aku karena katanya nggak enak mau ngomong sama ibuk. Mobilnya muat 6 orang kan? Jadi 8 orang termasuk ibuk dan mbak Sri. Ya kan?"

"Iya. Bagaimana kalau Minggu aja berangkatnya? Jam 9 pagi jalan ya. Tolong kabari ke ibu-ibu yang sudah pada daftar. Terus sawerannya tolong atur ya Mbak. Sopir siyap kan?" kata ibukku ke aku dan mbak Yati

Jadilah di eksekusi jalan Minggu jam 9 pagi.

Berdelapan perempuan semua dalam satu mobil bisa dibayangkan riuhnya dalam perjalanan, seru dan nggak ada tuh kata-kata ngantuk, cerita dari ujung ke ujung lagi pun nggak ada pernah habis. Nggak terasa perjalanan sudah sampai ke RS Karyadi Semarang di gedung Garuda

"Kami sudah di gedung Garuda bu RT. Ini terus ke mana lagi ya" bu Pri sudah menelpo

"Kami di lantai 2 bu. Naik aja dari lift"

Kamipun naik lift menuju lantai 2. Lha ruang operasi dan nggak ada kamar rawat. "Sepertinya salah gedung deh" batinku

Tapi yang namanya ibu-ibu pastinya pantang dibilang salah.

"Nggak bisa bezuk bu, nanti jam 5 sore bisanya" kata salah satu pengunjung

"Oh"

Ternyata benar firasatku. Kita masuk di gedung depan dan ibu dari bu RT di rawat di gedung bagian belakang

"Ya bu RT kami turun lagi. Kami tunggu di depan lift ya" jawab bu Pri saat dihubungi bu RT

Dirawat di ruang VIP memudahkan kami dalam menjenguj karena kami semua diperbolehkan masuk ruangan. Ibu ini sakit kista dan usus buntu dan sudah di operasi. 

Denger kata operasi bagi kami adalah sesuatu yang sangat mengerikan karena pertaruhan hidup dan mati. Padahal dalam dunia medis operasi adalah sebuah penanganan yang lumrah. Itulah beda kami orang awam dan tenaga medis.

Perjalanan dari Pati ke Semarang yang ditempuh sekitar satu setengah jam agak membuat para emak-emak letih juga. Di dalam ruangan sambil menghibur si ibu yang sakit, kami bisa selonjoran dulu dan numpang kencing di sana. 

Nggak terasa sudah lebih setengah jam kami numpang ngadem di RS itu. AKhirnya kami memutuskan untuk berpamitan. Saliman, cipika cipiki satu per satu.

"Terima kasih banyak bu ibu atas kunjungannya. Disempetin jauh-jauh buat nengok ibu saya dan terima kasih doa yang tulus" kata bu RT sambil matanya berkaca-kaca haru

Berbarengan kami keluar ruangan ternyata saudara bu RT yaitu adik perempuannya yang kebetulan adalh team medis di RS tersebut datang bersama suami dan anaknya.

Bu RT mengantarkan kami sampai loby gedung depan dan kamipun melanjutkan perjalanan.

"Udah waktu sholat Dzuhur ini, mau sholat di mana? Bagaimana bu ibu mau mampir shola tapa langsung pulang?" Aku buka HP dan melihat jam sudah menunjukkan jam duabelas kurang seprapat. Kalau langsung pulang pasti nggak keuber sholat dzuhur. Aku juga berasa nih kalau emak-emak sudah keluar dari rumah dan jalan agak jauh pasti maunya juga mampir-mampir.

"Ke masjid Agung Semarang yang ada di alun-alun saja yuk jadi bisa sekalian ke mall" kata bu Heru yang duduk di paling belakang dan kebetulan jadi penuntun jalan. Beliau yang faham Semarang dan sering bolak-balik Semarang karena di rumahnya juga punya banyak mobil jadi sangat gampang kalau bepergian. Dan bener juga kali ini feeling aku

Semua kompakan jawab iya. Dan akhirnya sang sopir mengikuti keinginan emak-emak. Meluncur ke Masjid Agung Semarang.

Kulirik ibuku yang duduk disampingku tampak bahagia sekali dengan perjalanan kali ini. Padahal ya kalau dipikir, beliau itu habis liburan 10 hari di Jakarta dan sama adikku di ajak main ke bebrapa tempat dan alhamdulillahnya beliau sehat dan tetap semangat. Dalam hal membahagiakan orang lain itulah kebahagiaan ibuku. Salut sama beliau.

Sendau gurau didalam perjalanan membuat kami tidak penat dan sampailah ke tempat tujuan. Melihat background bagus akupun mulai mengambil gambar ibu-ibu ini dengan posisi yang bagus menggunakan ponsel ibuku yang emang lbh bagus daripada punyaku. Memasuki masjid, tempat wudlu ada di depan dekat parkiran. 

Saat ibu-ibu ini mulai ke tempat berwudlu, kulihat ada pemandangan yang tidak bisa dilewatkan untuk shelfi. Maklum banci kamera hahaha ... jadilah poto-poto sendiri. Udah puas photo aku masuk tempat wudlu, ternyata blm pada beres. Lanjut ke tempat sholat. Diam-diam aku ambil beberapa gambar juga.

Ruang sholat wanita ada di lantai 3 membuat ibuku kesusahan naik karena usianya yang sudah 74 tahun. Aku muter-muter akhirnya kutemukan lift. Kamipun sholat dengan khusuk.

Aku bikin group baru hanya untuk share photo ibu-ibu yang sempet aku curi-curi gambarnya. Karena beberapa ibu-ibu malu untuk diphoto padahal aslinya juga pengin. Lumayan lama di masjid lalu lanjut ke mall seberang masjid.

Di dalam mall hanya bu Heru yang antusias untuk belanja sementara yang lain ogah-ogahan melihat ataupun jalan. Ya kita paham akar masalahnya adalah soal ekonomi. 

Secara ekonomi memang bu Heru lebih di banding yang lain. Dulu pada saat suaminya masih hidup, mobilnya juga sering di pinjam tetangganya untuk urusan keluarga. 

Akupun saat wisuda aku dan beberapa adikku sempat pinjam suami bu Heru yang disopiri sendiri oleh mas Heru. Ini laki bini kebetulan namanya sama. Beliau rela cuti kerja demi nganterin kita saat itu yang wisuda. Saat ini gentian keluargaku yang sering dan senang apabila mobil kami dipinjam atau dipakai bersama untuk urusan bertetangga.

"Ayo dong bu boss kita kemana lagi gitu apa ditraktir apa kek" seloroh Rini ke mbak Heru

Aku yang denger pura-pura nggak lihat. Rini ini yang paling muda dari ibu-ibu yang lain. Dia adalah adik kelasku jauh. Anaknya sudah 2 dan sudah selesai kuliah semua. 

Emang agak kocak anak ini. Sering banget dia bercanda kayak gitu. Mbah Heru hanya senyum saja. Sementara mbak Siti dan yang lainnya sudah lelah dan duduk di depan.

Bosan berkeliling mall kamipun melanjutkan perjalanan

"Mbak Heru dimana soto Semarang yang enak tapi terjangkau ya?" Tanya ibu

"Wah jadi di bossi mbah Harno ini"

"Alhamdulillah masih ada rejeki kalau buat makan mah" jawab ibu

"Ada mbah, di Bangkong"

"Kasih tau jalannya ya mbak" kataku

Meluncurlah kita untuk makan siang di daerah Bangkong Semarang. Aku ikuti instruksi dari mbak Heru dan nggak selang lama kamipun sampai. Mungkan rasanya nggak lama karena kami semua happy.

Sampai ke tempat makan aku langsung ke toilet numpang bercermin. Rasa badanku masih leti. Bukan karena perjalanan Jakarta Pati dan perjalanan hari ini saja, tapi karena tadi malam aku pulang jam setengah tiga malam karena ada acara di pondok pesantren tempat adikku ngaji. Kelemahanku itu nggak bisa dikurangi waktu tidurku.

"Soto 8, wedang jeruk hangat 8, ada yang mau nambah lagi apa?" mbak Heru yang jadi koordinatornya

Nggak ada yang jawab dan akhirnya pelayan menyiapkan hidangan.

Kamipun makan dengan lahap. Nggak jelas sudah antara lapar dan enak. Soto ditambah sate usus, sate telor puyuh, kerupuk menambah enak santapan kami.

Nggak terasa waktu sudah bergeser sore dan akhirnya kamipun pulang. pengin sih aku ngajak sekalian mampir ke masjid Demak sekalian lewat tapi niatan aku tidak kesampaian karena ada acara kesasar muter dua kali di tempat yang sama dan ditempat lain yang harusnya kami mau lewat tol Demak pun nyasar lagi. Mungkin penunjuk jalannya (Mbak Heru) juga sudah lelalah hayati.

Perjalanan hari ini seru sih. Banyak hal yang aku dapatkan dari kemurahan hati orang tuaku.

Note : Wah sayangnya semua photo ada di HP ibukku dan aku nggak punya copynya,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun