Ada beban baru juga yang lainnya, kantorku tidak mensupport aku sama sekali dan bahkan seolah -- olah membuang aku ke tengah lautan dengan menenggalmkan aku. Rencana semula pun tidak pernah ada beritanya. Akupun arus berjuag sendiri.
Di saat yang belum stabil tiba -- tiba ada kabar
"Can you join with us? The team from Jakarta will come here and check about our complain?"
Oh Tuhan
Apa lagi ini? Dia bakal datang. Rasanya seperti petir di siang bolong yang tak ada hujan dan tak ada angin.
October 20, 2015 jam 20.00 dia dan team datang di Phnom Penh
Jabat tangan penuh tumpahan rindu yang hampir dua bulan terkubur, pandangan matanya yang begitu tajam menancap dalam rongga hatiku yang paling dalam. Sumpah, ini adalah dosa terindah yang aku rasakan.
Bersama dua rekannya dia datang dan akhirnya kami makan malam  bersama. Sangat ku jaga dengan sangat hati -- hati perasaanku. Dan tak bisa dibohongi bahwa dia juga merasakan hal yang sama. Kurasakan kami bicara dari hati ke hati biarpun yang kami bicarakan adalah urusan pekerjaan yang sangat tidak bersinggungan dengan pribadi saa sekali
Dua hari kami bersama, kunjungan pasar dan melakukan aktifikas bersama. Duh rasanya syurga banget dua hari itu. Tuhan, aku mohon ampun atas rasaku
23 Oktober 2015 subuh team pulang Jakarta.
"Tolong bawa pergi jauh rasaku ini" pesan singkatku ke dia