Phnom Penh, The Kingdom of Cambodia diawal tahun 2016. Tak pernah terbayangkan sebelumnya aku dan kedua anakku akan tinggal di sini. Merantau mengais asa di Negara tetatagga. Tak terasa sudah hampir setahun aku lewati bersama buah hatiku dengan duka, menguras air mata dan pastilah ada berjuta pengalaman serta cerita.Â
Beda budaya dan beda bahasa yang sangat tajam membuat anak -- anak harus belajar extra keras menghadapi dan menyikapi. Dan aku yang hanya seorang diri harus sangat bijaksana menghadapi semuanya. Sementara suami masih di Jawa bertugas di perusahaan milik keluarga. Masih mengabdi.
Lebih dari dua belas tahun aku bekerja pada sebuah perusahaan swasta yang merupakan group besar di Jakarta bahkan di Indnesia. Begitu cintanya aku pada pekerjaanku. Totally sudah dua puluh lima tahun aku bekerja pada bagian yang sama yaitu di International Businesss.Â
Kalau kita sudah menyukai suatu pekerjaan, incaran kita tidak hanya sekedar uang semata. Kepuasan pelanggan serta kecintaan kita dan suasana kerja juga menentukan kita betah atau tidak bekerja d suatu tempat.
September 2014 ada boss baru yang menduduki bagian tertinggi di International Business yang dulunya posisi ini belum pernah ada. Karena saya yang paling lama di sana, maka saya yang paling menguasai pekerjaan serta komunikasi dengan beberapa pembeli. Semua spt biasa, tak ada yang istimewa. Sebulan kemudian saya merasakan sesuatu yang beda.Â
Saya suka dandan, boss suka perhatikan aku. Aku yang paling jorok urusan mobil, kali ini juga taklepas dari sentuhan tanganku. Aku pun rajin cuci mobil hampir setiap hari.
Di kantor suasana menjadi suatu tempat yang sangat menyenangkan.
Aku sering ke ruangannya dan bahkan diapun sering ke tempat aku untuk membicarakan hal --hal yang kadang -- kadang kurang terlalu penting juga. Sering saya sedang chat dengan pelanggan beberapa menit ee dia ternyata memperhatikan semua chattingku di belakang tempat duduk ku.Â
"Hayo, chatting apa?" Hari -- hari terasa begitu menyenangkan. Ahhirnya aku sadar bahwa ada sesuatu yang tidak baik di hatiku. Aku merasakan getaran lain di hati. Oh tidak mungkin aku jatuh hati lagi ... "Tuhan, maafkan aku"
Hampir duapuluh tahun rumah tanggaku berjalan dengan baik. Jangan sampai ada rasa spt ini Tuhan. Empat bulan berlalu terasa begitu cepatnya. Aku selau berdoa "Tuhan, tolong hilangkan rasa indah ini. Tolong Tuhan "
Sumpah