Mohon tunggu...
Sri Rahayu
Sri Rahayu Mohon Tunggu... Lainnya - Menyukai literasi

Seorang ibu rumah tangga

Selanjutnya

Tutup

Trip

Tiga Hari di Phnom Penh yang Mendebarkan

2 Juli 2022   22:39 Diperbarui: 2 Juli 2022   22:42 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun ajaran 2015 -- 2016 adalah masa -- masa yang tidak pernah aku lupakan dalam hidupku dan keluargaku. Nggak pernah terbayangkan aku akan tinggal di sebuah kota di Kingdom of Cambodia. Ibuku sedang ada project dengan om ku untuk survey di kota ini untuk mendirikan perusahaan packaging. Aku, ibu serta adikku  pindah ke Phnom Penh, menempati rumah yang lumayan besar lantai 3 tanpa perabotan. Sementara ayahku masih di jawa. Kami hanya bertiga berjuang menghadapi perbedaan budaya yang sangat tajam.

            Aku inget banget pada saat itu kami mencari sekolah dulu sebelum kami pindah. Kami datang pada bulan Juni untuk mencari dan mendapatkan sekolahan. Ada cerita nih pas baru nyampai di hotel, ternyata booking room kami tidak terdetect sama sistem hotel. Lama kami tertahan di receptionist.

"This is copy of our booking" ibuku menyodorkan secarik kertas

"Yes, but our system can not detect your booking"

"Begh" gerutuku dalam hati

Dalam hati masih merasa agak aman juga sih karena kami diantar sama koleganya ibu yang tinggal di Phnom Penh. In case emergency kan kami bisa numpang tinggal di rumah mereka, atau pindah ke hotel lain.

Dengan cekatan ibuku langsung menelpon sekertaris om ku yang ada di jakarta untuk menanyakan booking confirmation.

"Tunggu dulu bu kami akan klarifikasi"

Sambil menunggu jawaban yang tak kunjung datang dari Jakarta, ternyata Allah punya rencana yang lebih baik. Ya ampun Allah tu maha baik ya. GM Hotelnya menemui kami dan kami diberikan "President Room sementara waktu sambil menunggu konfirmasi tanpa tambahan charge" Mendapatkan kabar baik dari pihak hotel, Koleganya ibuku langsung pulang.

"Thank you, you have already pick up us from airport and accompany me until clear at hotel. See you tomorrow"

"You are welcome,bye"

Alhamdulillah, malam ini kami bisa beristirahat. Biarpun masih dalam masa tunggu konfirmasi dari Jakarta mengenai booking hotel berbayar yang dilakukan oleh sekertarisnya om ku. Mungkin si tante sekertaris ini mencari rate yang murah dengan brand yang kurang terkenal, ya jadinya kayak gini deh resikonya. Kalaupun status masih rejected ya terpaksa bayar langsung ke hotel dan booking hotel berbayar hangus.

Malam jam 22.00 barulah kami mendapatkan konfirmasi dari jakarta dan telah di terima oleh pihak management Anik Hotel Phnom Penh. Kami siap -- siap mau pindah kamar, tetiba ada telpon lagi.

"Madam, as per confirmation from our GM that you are able to stay at president room with the same rate and no need to move to the other room. This is part of our good service to you because this is our faulth. Good night"

"Oh really, thank you so much"

"Kenapa bu" tanyaku ingin tahu

"Kita nggak usah pindah kamar. Kita bisa tinggal di sini dengan rate yang sama karena itu kesalahan pihak hotel" jelas ibuku

"Horeee bisa tidur nyenyak dan kamarnya bagus banget" seru aku dan adikku

Karena terlalu capek dalam sekejap kita sudah ada dalam mimpi masing -- masing. Pules banget rasanya.

Lanjut ke hal cari sekolah ya, padahal tuh aslinya kita masih bisa punya waktu 2 bulan pas pindahan baru cari sekolahan, begitu info dari KBRI. Tapi ya begitulah ibuku yang semua harus clear di depan. Dalam waktu 3 hari kami harus mendapatkan sekolahan. Jadi nanti pas kami pindah kami langsung bisa sekolah. Eem ibuku memang sangat sitematis orangnya, dan darahnya mengalir di tubuhku. Aku juga orangnya sangat sitematis dalam segala hal.

Sayup terdengar suara adzan subuh dari HP. Aku menggeliat dan tidur lagi. Kulirik ibuku sudah bangun dan menjalankan sholat subuh lalu mengaji. Di Phnom Penh nggak terdengar suara adzan karena mayoritas adalah beragama Budha, jadi kita yang muslim wajib install aplikasi pengingat shalat biar tidak lupa. Dari yang kubaca di internet, penduduk Cambodia yang beraga islam kurang dari 10%.

"Bangun, sudah pagi. Cepetan mandi dan sholat" kata ibu padaku dan adikku

Rasanya masih pengin melanjutkan mimpi, tapi untuk menghindari perseteruan lebih lanjut dengan ibuku mendingan langsung bangun, mandi dan sholat subuh.

 Jam 8 pagi teman ibukku datang untuk mengantarkan ke sekolah yang di referensikan yaitu di CIA International School. Kami di test tertulis dan wawancara. Adikku di test cewek asal Amerika sedangkan aku di test oleh wakil ketua yayasan orang Canada. Lumayan susah juga testnya. Sebenarnya bukan materi soalnya yang susah, tapi bahasa yang digunakan pada saat test belum begitu familiar bagi kami. Kami yang biasa di Indonesia menggunakan bahasa Indonesia tanpa pernah praktek menggunakan Bahasa Inggris pasti berasa banget tuh bagaimana speaking yang sebenarnya sama orang asing. Sore hari langsung ada hasilnya diterima atau tidak. Kami diantar oleh staff dari relasi ibuku. Untungnya orangnya baik dan mau nungguin kami seharian di sekolah.

Sorepun tiba setelah aku dan adikku berjuang mengerjakan test tertulis dan wawancara. Adikku diterima grade 4 dan alangkah terkejutnya aku. Aku tidak diterima. Ya ampun bingung, sedih dan berbagai rasa campur aduk. Alasannya bukannya aku tidak mampu dalam mengerjakan test. Pihak yayasan agak khawatir karena aku belum pernah sekolah di Inetrantional School dan harus masuk ke grade 12. Bisa diterima tapi harus grade 10. Wah nggak mau dong aku rugi waktu 2 tahun.

Waktu sudah menunjukkan pukul 17.00. Pasti nggak mungkin kita ke tempat sekolahan yang lain. Waktu Phnom Penh dan waktu Jakarta sama jadi nggak terlalu terasa jetleg nya. Yah akhirnya kamipun kembali ke hotel.

            Malam itu ada cerita lucu di hotel. Kami yang jarang keluar kota terus sekarang nginep di President Romm bisa lah dibayangin bagaimana perasaan kami. Malam itu aku di balcon dan serasa rumah sendiri aku nyanyi -- nyanyi dengan suara lantang. Ternayata ada tetangga kamar yang kebrisikan. Telpon berdering

"Halo"

"Hai ! Could you please to keep silent please? This call from the next door room. Your voice was loudly and disturb us"

"Oh I am very sorry"

"Eh maap aku norak ya" bisiku dalam hati malu

Tidak sampai situ saja, kami lagi lihat-lihat menu yang ada di meja. Ada menu Eropa yang namanya keren (tapi nggak tau artinya) dan gambarnya juga bagus banget kelihatan enak gitu. Akhirnya kami pesan 2 porsi. Limabelas menitlah kira --kira kami nunggu. Datanglah pesanan kami

"Enjoy the food" kata pelayannya

"Thank you"

Dan kita buka tutupnya. "Taraaa ......"

Kami bertiga saling pandang dan kemudian tertawa terkekeh. Makanan tidak sesuai expektasi kami dan ternyata dagingnya mentah. Ya ampun dasar ya kami norak. Akhirnya kita masak dagingnya sampai matang baru kami makan.

Kamipun terlelap malam itu dalam mimpinya masing-masing. Indahnya malam itu.

            Suara adzan dari HP membangunkan kami.

Nyenyak banget kami tidur semalam. Biarpun aku masih cemas tentang sekolahan yang mana lagi yang akan kami tuju hari ini. Kami menjalankan sholat bersama di hotel dengan semangat dan penuh keyakinan bahwa hari ini pasti akan lebih baik dan akan berpihak pada kami serta membawa keberkahan.

Perjuangan mencari sekolah dimulai lagi. Kali ini khusus untuk aku karena adik aku sudah mendapatkan sekolahan. Ke I Can International School dan ternyata hanya SD dan SMP. Lanjut ke Western International School dan ternyata pendaftaran baru mulai bulan Juli. Aduh udah panik rasanya. Mau ke ISPP mahal auto nggak jadi juga. Waktu sudah menunjukkan jam 3 sore

"Duh jam 5 pasti sudah pada tutup. Gimana ini. Tuhan tolong aku biar dapat sekolahan"

Terakhir kami ke Zaman International School atau Paragon School yang kampusnya ada di dekat kedutaan Rusia dan sebelahan dengan mall AEON. Waktu itu mall terbagus yang ada di Phnom Penh.

Mengungkapkan niat mau masuk kelas XII. Agak alot juga diskusinya. Akhirnya kepala sekolahnya interview aku, dikasih test dan aku bisa mengerjakan semuanya dengan hasil bagus. Tapi ternyata tidak sampai situ saja

" I want to ask you mother to make a letter. Please call her to come to my room"

"Aduh surat apalagi sih" gerutuku dalam hati

Ibuku masuk dan diskusi dengan kepala sekolah. Di Jakarta untuk sebutan kepala sekolah dalam pelajaran bahsa inggris itu kan Headmaster kan? Eh ternyata tau nggak, dalam kehidupan di luar sebutan itu terlalu saklek jadi sebutan yang lazim untuk kepala sekolah adalah principal. Nah hal -- hal sepele kayak gini juga jadi agak bermasalah lho.

Ternyata surat yang dimaksud adalah surat pernyataan bahwa sekolah akan membantu anak dalam pendidikan tapi tidak menjamin kelulusan karena aku kan belum pernah sekolah di International School ya jadi mereka sudah under estimate sama kemampuanku.

OK deal. Ibuku menandatangani surat tersebut karena ibuku tahu betul kemapuanku.

"Alhamdulillah"

Ibuku langsung membayar sebagian uang sekolah untuk menjamin bahwa aku nanti bisa masuk ke sekolah itu. Duh senengnya. Jam 6 sore semua baru kelar sampai semua staff sudah pada pulang.

Esok paginya kembali ke jakarta flight jam 12 siang. Dan mulai menyiapkan mental untuk pindah ke Phnom Penh bulan depan. Sungguh ini pengalaman hidup yang tak terlupakan.

"Terima kasih Tuhan atas segala nikmat yang Engkau hadiahkan pada kami"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun