Manusia dapat memilih baik dan jahat
Manusia diberikan ruang kebebasan bagi manusia untuk mampu dengan hati nurani dan akal budinya memilih, baik itu memilih yang baik dan buruk. Dengan masing-masing orang memilih dalam hal ini, maka diharapkan juga untuk mampu bertanggung jawab atas pilihan-pilihan tersebut.Â
Pilihan-pilihan ini memang memiliki resikonya masing-masing. Setelah diharapkan untuk bertanggungjawab, maka kini setiap dari kita diharapkan juga untuk menjadi teladan bagi orang lain.Â
Jadi kita yang adalah manusia memiliki kesempatan untuk memilih yang baik dan yang benar, kita mampu bertanggung jawab atas pilihan kita, dan pada akhirnya harus mampu menjadi teladan bagi semua orang, dalam hal ini kehendak baik. Konsekuensi dari pilihan yang baik ialah untuk memuliakan Allah, dan konsekuensi dari pilihan jahat adalah perendahan harkat dan martabat orang lain.
Kebebasan dan pengetahuan akan kebenaran
Kebebasan secara fundamental bergantung pada kebenaran. Kebebasan mengandaikan pengetahuan akan kebenaran sehingga kebodohan (ketidaktahuan merupaka halangan bagi seseorang dalam memilih dan mewujudkan kebebasannya.  Kebebasan memampukan seorang manusia untuk mencintai  kebenaran  dan  menumbuhkan  pengetahuan.
Kebebasan dan kebaikan
Melakukan kejahatan bukanlah wujud kebebasan, juga bukan bagian kebebasan, tetapi Cuma tanda bahwa manusia bebas. Kebebasan tidak berakar pada kemampuan fisik untuk melakukan kejahatan, tetapi pada kewajiban moral untuk melakukan yang baik. Maka setiap pribadi mengembangkan kebebasannya sampai pada tingkat dia menolak kejahatan dan melakukan kebaikan.Â
Cara mencapai dan bertumbuh di dalam kebebasan adalah dengan membiasakan diri dengan bertanggung jawab: Karena kebebasan, manusia bertanggungjawab atas perbuatannya sejauh ia menghendakinya. Kemajuan dalam kebajikan, pengertian tentang yang baik dan askese menguatkan kekuasaan kehendak atas perbuatan (KGK. No.1734).
Allah menghargai kebebasan manusia
Semua yang ditawarkan oleh Allah kepada manusia, semuanya berupa tawaran dan bukan yang sewenang-wenangnya. Allah menghargai kebebasan manusia patner relasi-Nya dan ketika manusia memilih sesuatu yang bertentangan dengan karunia yang diberikan kepadanya maka itu berarti bahwa dia tidak mengembangkan dirinya secara benar. Itu berarti dia gagal mengarahkan dan hidupnya kepada kepenuhan dan kesempurnaannya dalam Allah sendiri.