Kepercayaan manusia di zaman sekarang ini sangat beragam, berbeda dengan masyarakat pada zaman Paleolitikum, dimana masyarakat tidak memiliki kepercayaan. Makanan manusia ini bergantung sepenuhnya pada alam dengan berburu dan mengumpulkan makanan. Hal ini terjadi karena pada masa Paleolitikum, hewan dan tumbuhan hidup merata di bumi. Oleh karena itu, berburu hewan merupakan aktivitas pokok manusia di zaman Paleolitikum untuk bertahan hidup.Â
Sistem kepercayaan manusia pada masa praaksara ini dapat berkembang seiring dengan kemampuan berpikirnya, yaitu dengan akal budinya. Pada zaman Mesolitikum, manusia mulai mengenal kepercayaan, yaitu animisme dan juga dinamisme. Dimana kepercayaan tersebut percaya kepada roh nenek moyang, makhluk halus, ataupun hal - hal yang berbau supranatural yang bertolak belakang dengan alkitab. Namun, di masa ini, peraturan terhadap kepercayaan belum ada.Â
Alkitab mengatakan bahwa kita sebagai manusia harus percaya kepada Tuhan Yesus yang sudah menciptakan kita dengan akal budi dan sudah menciptakan bumi maupun isinya. Akal budi ini merupakan sumber kehidupan bagi manusia, seperti yang dikatakan di dalam (Amsal 16 : 22) yang berbunyi "Akal budi adalah sumber kehidupan bagi yang mempunyainya, tetapi siksaan bagi orang bodoh ialah kebodohannya." Manusia membutuhkan akal budi sebagai alat untuk mengembangkan dirinya sendiri dan juga manusia membutuhkan akal budi untuk beradaptasi.Â
 Sampai sekarang, ada beberapa suku bangsa Nusantara yang masih mempercayai kepercayaan dinamisme dan animisme, walaupun dalam bentuk yang berbeda - beda. Pada masa neolitikum, manusia juga tetap mempercayai dinamisme dan juga animisme, dimana manusia percaya kepada roh nenek moyang dan benda - benda alam. Di masa ini, manusia tidak hanya berpusat kepada kepercayaan, karena manusia lebih mengembangkan sistem bercocok tanam awal. Animisme ini berasal dari bahasa latin anima yang berarti roh, dimana dinamisme ini merupakan kepercayaan bahwa segala sesuatu yang ada di bumi ini baik hidup maupun mati ( seperti kawasan tertentu, gunung, laut, sungai, gua, pohon, atau batu ) memiliki roh.Â
Manusia pastinya berhubungan baik ataupun menghormati roh - roh tersebut, sehingga mereka melakukan upacara pemujaan atau memberi sesaji untuk roh tersebut, agar roh - roh tersebut dapat melindungi manusia dan juga membantu keberlangsungan hidup manusia. Sedangkan dinamisme, berasal dari bahasa Yunani dunamos yang berarti kekuatan atau daya. Dinamisme ini merupakan kepercayaan bahwa benda - benda di sekitar manusia memiliki daya atau kekuatan gaib yang mampu memberikan manfaat bagi keberlangsungan hidup manusia.Â
Benda - benda suci ini memiliki sifat yang baik ataupun buruk sehingga, dapat memancarkan pengaruh baik maupun buruk juga bagi manusia dan sekitarnya. Contoh benda - benda yang dianggap suci, seperti pusaka, lambang kerajaan, tombak, keris, dan juga gamelan akan membawa pengaruh baik bagi masyarakat, misalnya menyuburkan tanah, mencegah wabah penyakit, dan menolak malapetaka. Di masa Neolitikum ini, sekitar tahun 1500 SM, datanglah gelombang pertama dari bangsa Melayu Austronesia dari ras Mongoloid ke Nusantara.
 Mereka biasanya disebut dengan sebutan bangsa Proto - Melayu atau Melayu tua. Pada masa megalitikum dan juga perunggu, manusia lebih percaya dengan animisme dibandingkan kepercayaan lainnya. Mengapa begitu? Karena, manusia pada masa megalitikum telah lebih maju dan juga modern. Contoh kepercayaan bentuk fisik animisme yang dipercayai oleh manusia purba pada masa megalitikum adalah sarkofagus, menhir, dolmen, dll.Â
Aktivitas masyarakat di zaman sekarang pun masih ada yang terkait dengan kepercayaan masyarakat megalitikum, contohnya:
Upacara tertentu yang biasanya akan dilakukan oleh seseorang yang memiliki keahlian khusus yang bisa menghubungkan dunia nyata dengan roh halus ataupun seseorang yang dapat berbicara langsung dengan roh. Contoh seseorang yang memiliki keahlian khusus tersebut adalah dukun, dan salah satu tradisi kepercayaan animisme umumnya terjadi di Toraja, Flores, Bali, dll.
Kebanyakan masyarakat modern saat ini, yang masih percaya dengan benda yang dimiliki oleh masing-masing personal seperti batu akik (cincin) yang diduga bisa membawa berkah dan zaman dulu mayoritas masyarakat setempat memiliki batu cincin tersebut.
Kepercayaan pada animisme ini sudah berlangsung terus menerus hingga sekarang, juga mengalami proses evolusi yang sangat panjang. Beberapa suku bangsa yang ada di Indonesia, kepercayaan animisme ini masih diterapkan, walaupun penerapannya berbeda - beda. Dikarenakan kepercayaan dulu adanya kemerdekaan beragama. Manusia berkembang dan juga memiliki keberagaman kepercayaan ataupun agama yang dianut.Â