Mohon tunggu...
Sony Yunior Erlangga
Sony Yunior Erlangga Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa Doktoral

membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Isra Mi'raj dalam Perspektif Fisika Modern

25 November 2024   11:56 Diperbarui: 25 November 2024   13:17 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merdeka.com/pixabay.com 

Superposisi dan Entanglement
Superposisi adalah keadaan di mana partikel kuantum dapat berada di dua atau lebih lokasi secara bersamaan. Dalam Isra Mi’raj, mungkin Nabi Muhammad SAW mengalami fenomena superposisi, di mana beliau "berada" dalam dimensi yang berbeda sekaligus.

  • Dengan entanglement kuantum, informasi dari satu partikel dapat langsung memengaruhi partikel lain di tempat yang berbeda. Fenomena ini dapat digunakan untuk memahami interaksi Nabi dengan dunia metafisik selama perjalanan tersebut.

5. Kecepatan Cahaya dan Peran Energi

Kecepatan Cahaya dan Buraq
Makhluk bercahaya bernama Buraq, yang menemani Nabi Muhammad SAW, sering digambarkan memiliki kecepatan luar biasa. Dalam fisika, kecepatan cahaya (299.792.458 meter per detik) adalah batas tertinggi untuk pergerakan materi dan energi.

  • Jika Buraq bergerak mendekati atau melampaui kecepatan cahaya, perjalanan panjang dapat diselesaikan dalam waktu sangat singkat menurut pengamat di Bumi.

Transformasi Energi Fotonik
Cahaya, yang memiliki sifat sebagai gelombang dan partikel, dapat menjadi medium untuk transportasi energi dalam jarak jauh. Perjalanan Nabi Muhammad SAW mungkin melibatkan transformasi energi menjadi bentuk foton, memungkinkan perjalanan dengan efisiensi maksimal.

6. Kosmologi dan Langit

Isra Mi’raj menggambarkan perjalanan melalui tujuh lapisan langit, yang dalam fisika modern dapat dianalogikan dengan struktur kosmik atau tingkat eksistensi berbeda:

  • Lapisan Kosmik: Langit pertama hingga ketujuh mungkin menggambarkan skala galaksi, superkluster, atau struktur lain dalam alam semesta.
  • Horizons Alam Semesta: Sidratul Muntaha, tempat akhir perjalanan, dapat dianggap sebagai batas fisik dan metafisik dari ruang-waktu, mirip dengan horizon peristiwa pada lubang hitam.

Setiap lapisan langit mungkin menggambarkan kompleksitas dan kedalaman alam semesta yang meningkat, sesuai dengan konsep skala besar dalam kosmologi modern.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun