Apalagi Indonesia ini adalah negara yang kaya. Tetapi mengapa negaranya kok masih mengutang dan warganya masih banyak yang hidup dibawah angka garis kemiskinan.
Semua wajah kusam perekonomian kita harusnya menjadi perhatian serius dari semua pihak. Khususnya anak muda, anak muda Indonesia juga berhal tahu tentang masalah-masalah begini.
Saran saya pak RR dan LBP tidak usahlah menggunakan frasa atau diksi yang sulit dipahami oleh petani dan nelayan. Cukup gunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh semua unsur.
Membangun negara ini tentu tidak hanya dari satu jalan yang sama. Bahkan ada seratus hingga seribu jalan. Hanya yang menjadi perbedaanya adalah kebijakan yang benar-benar berpihak kepada rakyat dan menguntungkan negara yang mana, itulah yang sulit ditemukan.
LBP dan RR adalah kedua sosok yang progresif revolusioner. Kedua-duanya punya gagasan dan cara sendiri-sendiri dalam membangun perekonomian negara, termasuk soal investasi dan utang.
Keduanya harus kita beri ruang dan panggung yang sama. LBP dan RR bisa saja merajut perbedaan itu dalam satu panggung yang sama ketika berdebat. Sehingga melahirkan gagasan-gagasan baru yang bisa diambil.
Tetapi dari gelagatnya, sepertinya debat publik ini urung untuk terjadi. Selain karena RR tak datang sewaktu ditantang, LBP kemungkinan besar juga akan tak menghadiri undangan tersebut.
Perihal konsep debat yang ditawarkan oleh RR juga sangat bertolak dengan konsep LBP. Dari konsep debat saja mereka sudah berbedah, apalagi konsep  kebijakan ekonomi. Mungkin tiga gelas kopi hingga 5 bungkus kacang akan terasa kurang bila menyaksikan mereka  berdebat.
Mari kita tunggu saja.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H