Mohon tunggu...
Fergusoo
Fergusoo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Spe Salvi Facti Sumus

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Novel Baswedan dan Insiden Nggak Sengaja

13 Juni 2020   13:46 Diperbarui: 13 Juni 2020   16:02 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dicari bertahun-tahun, dituntut hanya setahun. Jadi buron dua tiga tahun, akan dibebaskan dalam jangka setahun. Sampai disini saya dan kamu mungkin mohon ampun. Tolong jaga urat keadilan dinegeri ini dengan  hukum yang berimbang dan putusan yang berkeadilan.

Insiden nggak sengaja yang dialami oleh Novel Baswedan mungkin tak bisa kita rasakan secara utuh. Kita mungkin hanya bisa merasakan sebagian ketidakadilan yang ia terima. Namun pak novel mendapat dua penganiyayaan. Selain kasus yang tak terselesaikan, pak Novel juga telah kehilangan indera penglihatan yang harganya tiada tara. Itulah sisi yang tak bisa kita rasakan dari beliau.

"Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mungkin secara ngga sengaja diletakkan sebagai sila  terakhir. Secara ngga sengaja  Bung Karno dan kawan-kawan merumuskan bahwa keadilan itu diurus paling belakangan saja. Jadi sangat sulit untuk mewujudkannya."

Diakhir cerita ini, beliau tak mendapat dukungan moralitas yang seperti biasanya diterima oleh para bintang atau tokoh bila menjadi korban politik. Tidakkah wajah kusut peradilan ini menampar para aktivis yang dulu pernah melihat dan merasakan insiden serupa? Ataukah mereka sudah mulai alergi dengan virus hegemoni yang selalu dimainnkan istana? Akhirnya semua terasa biasa dan sama-sama saja.

Novel Baswedan saat ini mungkin sendiri dalam menghadapi masalah hukumnya. Yang ia lawan adalah orang yang memiliki kuasa. Ia tak memiliki kuasa yang setara untuk melawannya. Tetapi kasua ini adalah pelajaran berharga yang ngga sengaja terjadi.

Termasuk tulisan ini adalah sebagaian karya yang berusah menolak lupa akan kekejaman penyiraman air keras kepada Novel Baswedan. Sekaligus melawan setiap pelanggaran HAM yang dilakukan kepada mereka dalam pembuktian melawan korupsi.

Novel Baswedan dan Insiden nggak disengaja adalah memorial lawakan bangsa. Saat masyarakat telah serius membangun optimisme ditengah pandemi, masalah baru datang sebagai bentuk intervensi optimisme itu. Atas alasan apapun mungkin diluar sana orang-orang akan bisa menyiramkan air keras kepada sesamanya dengan dalil "Maaf Ngga sengaja".

Dan jika mereka masih bungkam, mungkin bukan mata Pak Novel Baswedan yang buta. Tetapi mata hati mereka lah yang buta dan seakan-akan tak bisa melihat fakta dan kejahatan rezim. 

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun