Mohon tunggu...
Ari Sony
Ari Sony Mohon Tunggu... Administrasi - Bung Arson, Pengamat dan Pemerhati Olahraga Khususnya Sepakbola

Olahraga adalah nadi yang harus selalu digerakkan, dan ketika menulis topik lainnya harus sesuai dengan sudut pandang sendiri dan pemikiran yang matang

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Inilah Penyebab Sepakbola ASEAN Masih Tertinggal di Level Asia

4 Februari 2022   13:50 Diperbarui: 4 Februari 2022   19:27 1781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negara ASEAN seperti kesulitan bersaing di level timnas senior ketika sudah berbicara Piala Asia dan Kualifikasi Piala Dunia. Hal ini berimbas pada Ranking FIFA, rilis per 23 Desember 2021 tak ada satupun negara ASEAN yang menembus 10 besar di tingkat Asia. Vietnam yang saat ini menjadi yang terkuat di level Asia Tenggara hanya ada di peringkat ke-17 di tingkat Asia.

Bahkan Australia sejak bergabung ke Konfederasi sepakbola Asia, lebih memilih berpartisipasi dalam kejuaraan Piala Asia Timur daripada Piala AFF. Australia menganggap Piala AFF tidak memberikan dampak signifikan bagi prestasi Australia.

Apa sebenarnya penyebab negara di Kawasan ASEAN kalah bersaing di level asia?

1. Ego Kawasan

Federasi sepakbola ASEAN (AFF) sebenarnya sudah memfasilitasi negara-negara ASEAN untuk lebih berkembang. Sejak diadakan Piala Tiger 1996 (kini Piala AFF), kompetisi ini juga sudah berlangsung secara rutin tiap dua tahun sekali. Diharapkan dari turnamen ini menghasilkan persaingan kompetisi, yang muaranya agar tim ASEAN bisa bersaing di level Asia.

Namun pada kenyataanya tim ASEAN tetap kesulitan bersaing di level Asia. Sejak tahun 1996 hingga saat ini, Negara ASEAN belum ada yang menembus babak semifinal Piala Asia atau melaju ke Piala Dunia. Untuk sekedar memanaskan persaingan pun masih jauh dari harapan. Kegagalan ini bisa jadi masih disebabkan karena adanya Ego Kawasan.

Tim ASEAN terlalu sibuk dengan persaingan di dalam tetapi tidak pernah melihat ke luar. Ketika ada negara ASEAN yang maju atau juara merasa iri dan sakit hati. Ketika ada negara ASEAN yang gagal berprestasi sama-sama kompak kasih tepuk tangan (merasa senang ketika melihat temannya susah).

Fanatisme sempit dan berlebihan menyebabkan Tim ASEAN besar di wilayahnya sendiri tetapi jadi mengecil ketika sudah dihadapkan pada negara kuat dari Asia Barat dan Asia Timur.

Contoh kecil, ketika Timnas Indonesia akan melakukan naturalisasi pada empat pemain eropa, Sandy Walsh, Jordi Amat, Mees Hilger, dan Ragnar Oratmangoen. Media di Asia Tenggara membuat statement atau berita yang sepertinya tidak suka dengan cara yang dilakukan oleh Indonesia.

Sama halnya, ketika Timnas Indonesia berhasil naik ke pot 3 dengan mengalahkan Timor Leste, salah satu media Vietnam juga seperti memberikan sindiran. Bahwa Indonesia berhasil naik ke Pot 3 karena memilih lawan terlemah di Piala AFF.

Sudah saatnya pihak federasi setiap negara dan media, sama-sama bersatu dan berpikir ke depan untuk kemajuan sepakbola ASEAN, tujuan akhirnya bukan hanya bersaing di level Piala AFF dan Sea Games tetapi juga bisa berbicara banyak bersaing di level Asia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun