Secara fisik, sambung Dian, ketiganya tampak sehat. Kendati menunjukkan ada kondisi tekanan psikis.
Ketiganya, kata dia, menyadari bahwa perbuatan mereka salah dan beberapa kali mereka menangis sebagai bentuk penyesalan.
"Dari respon mereka, ya ini berat... mereka tahu setiap kesalahan harus siap dengan konsekuensi yang ada."
Apakah kecanduan konten pornografi bisa memicu tindakan pemerkosaan?
Psikologi forensik dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Lucia Peppy, mengatakan secara umum anak-anak usia dini hingga usia sekolah memiliki kekhasan dalam hal meniru.
Mereka, katanya, akan memproduksi apa yang dilihat.
"Misalnya anak-anak melihat orang memukul tapi ekspresinya senyum, maka dipikirannya bahwa memukul itu bikin senang," ujar Lucia Peppy kepada BBC News Indonesia.
"Tapi karena kemampuan diri mereka dalam mengontrol emosi, moral, dan sosial belum sempurna jadinya tidak bisa bernalar dengan baik."
Akibat dari kemampuan bernalar yang belum sepenuhnya sempurna itu, kata Lucia, menyebabkan mereka tak bisa menentukan mana yang benar dan salah.
Dalam kasus yang terjadi di Palembang, dia menduga ada beberapa faktor yang mendorong para pelaku anak ini melakukan tindakan pemerkosaan sampai pembunuhan.
Pertama, ada kemungkinan dari sering menonton video atau konten-konten berbau seksual.