Mohon tunggu...
Sonti Soraya Sinaga
Sonti Soraya Sinaga Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

a full time officer, sometimes a traveller

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Uniknya Derawan

12 Januari 2016   17:19 Diperbarui: 20 Januari 2016   09:47 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam akhirnya kami tiba kembali di daratan Pulau Kalimantan, tapi kali ini di provinsi Kalimantan Timur, tepatnya di Kabupaten Berau. Di sini ada sebuah destinasi baru yang sedang tenar, yaitu Labuan Cermin. Banyak orang menyebutnya sebagai danau, tapi saya pribadi menganggapnya sebagai teluk sempit, karena emang Labuan Cermin masih terhubung sangat dekat dengan air laut lewat jalur yang kecil. Tapi untuk tiba di Labuan Cermin kami harus berganti speedboat dengan yang lebih kecil.

Yang menarik dari Labuan Cermin ini adalah airnya yang benar-benar jernih, saya senang sekali berenang di sini dan betah berlama-lama berenang, karena airnya yang sejuk, bersih dan bening. Hal unik dari tempat ini adalah, di bagian atasnya adalah air tawar sedangkan bagian bawahnya air asin, tapi air beda rasa ini tidak bercampur sama sekali.

Pantai Biduk-biduk

Sekitar pukul 2 siang kami kembali ke dermaga utama untuk makan siang dan melanjutkan perjalanan darat menuju Pantai Biduk-biduk. Jadi dari dermaga Labuan Cermin kami melintasi jalan darat yang sepanjang jalan di sebelah kirinya merupakan pantai berpasir putih yang cantik. Dan malam itu kami menginap di sebuah penginapan yang lokasinya menghadap pantai biduk-biduk. Jadi kami menghabiskan sore hingga malam terakhir liburan kami di sana.

Hutan Mangrove Tarakan

Hari terakhir liburan, di pagi hari kami bergerak kembali ke Pulau Derawan dari Pantai Biduk-biduk untuk mengantar guide lokal kami. Setelah berpisah, kami melanjutkan perjalanan panjang lagi ke kota Tarakan. Sekitar pukul 2 siang tiba di Tarakan, kami menuju Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan. Seperti namanya, yang khas dari tempat ini adalah hutan mangrove dan bekantan. Ya, di kawasan seluas 21 hektar ini pengunjung bisa menemukan bekantan yang hidup bergelantungan di bagian atas pohon mangrove. Menurut saya kawasan wisata ini cukup tertata, walaupun di beberapa titik jalanan kayunya bolong namun tidak parah.

[caption caption="Bekantan di hutan mangrove"]

[/caption]Selesai mengitari hutan mangrove dan mencari bekantan, kami menuju sebuah rumah makan, lalu ke toko souvenir untuk berbelanja oleh-oleh dan segera ke bandar udara Juwata untuk kembali ke Jakarta. Liburan yang menyenangkan, walaupun langitnya tidak begitu cerah, karena saya pergi ketika asap sedang menutupi sebagian besar langit pulau Kalimantan dan Sumatera akibat kebakaran hutan. Saya berharap pecinta traveling lokal bisa sama-sama menjaga kebersihan dan keindahan lokasi wisata, begitu pun pemerintah dapat mengawasinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun