Wisata di Kepulauan Derawan sudah cukup lama saya idamkan untuk dikunjungi. Pertama kali saya mengetahui objek wisata di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur ini pada tahun 2012 ketika saya melakukan perjalanan dinas ke Tanjung Redeb, ibukota Kabupaten Berau. Sayangnya ketika itu saya tidak bisa sekalian mengunjungi Kepulau Derawan sehabis tugas saya selesai. Memang, Kepulauan Derawan dapat diakses dengan mudah dari Tanjung Redeb, cukup 1 jam perjalanan ke Pelabuhan Tanjung Batu, lalu lanjut perjalanan darat selama sekitar 30 menit dengan speed boat. Namun karena beberapa alasan, jadi ketika saya melakukan perjalanan dinas ke Tanjung Redeb saya harus rela mengurungkan niat untuk melanjutkan perjalanan pribadi ke Kepulauan Derawan itu.
Dan akhirnya pada September 2015 yang lalu saya akhirnya bisa pergi ke sana bersama beberapa teman saya. Kami ikut dalam rombongan paket wisata ke Kepulauan Derawan. Kami berangkat dari Jakarta menggunakan pesawat yang terbang langsung ke Tarakan, ibukota Kalimantan Utara. Dan saya baru tahu kalau ternyata dari Jakarta sudah ada direct flight ke Tarakan, sejak kota itu menjadi ibukota provinsi baru tersebut. Karena biasanya yang saya tahu penerbangan ke Berau dan Tarakan dari Jakarta selalu transit dulu di Balikpapan. Tetapi penerbangan ke Berau belum ada yang langsung dari Jakarta.
Awalnya saya merasa senang karena bisa tiba lebih cepat, tapi ternyata dari Pelabuhan Tarakan menuju Kepulauan Derawan dibutuhkan waktu tempuh selama 3 jam dengan speed boat. Ya, setelah makan siang di Tarakan, kami segera menuju pelabuhan Tarakan dan menaiki speed boat sewaan menuju kepulauan Derawan. Saat saya melakukan perjalanan ini, langit di pulau Kalimantan tidak begitu cerah karena kabut asap akibat kebakaran hutan yang terjadi di musim kemarau. Bahkan ketika itu saya mendapat informasi bahwa bandara Kalimarau di Berau ditutup, sehingga semua penerbangan dialihkan ke Bandara Juwata di Tarakan, dan orang-orang yang ingin ke Berau bisa menempuh perjalanan darat dari Tarakan.
Pulau Derawan
Setelah melalui perjalanan laut selama 3 jam yang melelahkan di atas speed boat akhirnya rombongan kami tiba di Pulau Derawan. Di barisan Kepulauan Derawan ini terdapat beberapa pulau kecil, dan yang terbesar di antaranya adalah pulau Derawan yang sekaligus juga menjadi pulau utama. Kami menginap di sebuah water cottage di tepian laut Pulau Derawan ini. Sebagai pulau terbesar, di Derawan memang banyak sekali tersedia penginapan bagi wisatawan, dan kebanyakan wisatawan di Kepulauan Derawan ini memang menginap di Pulau Derawan, karena fasilitas di pulau ini adalah juga yang terlengkap di jajaran Kepulauan Derawan.
Speed boat kami bersandar di sebuah dermaga kecil yang berada di antara barisan water cottage. Kami segera turun dan masuk kemar masing-masing untuk meletakkan barang dan beristirahat sejenak. Sekitar pukul 2 siang kami berkumpul di sebuah warung kecil dekat cottage untuk makan siang. Lalu sekitar pukul 3 sore kami kembali naik ke speed boat untuk menuju spot snorkeling pertama yang tidak jauh dari penginapan, masih di sekitar pulau Derawan. Spot pertama ini memuaskan, airnya jernih dan terumbu karang bisa saya lihat dengan jelas dan banyak ikan cantik yang berenang.
[caption caption="Snorkeling di Derawan"][/caption]
Pulau Gosong
Setelah snorkeling sekitar 1 jam, kami melanjutkan perjalanan ke Pulau Gosong yang berjarak sekitar 15 menit dari Pulau Derawan. Pulau kecil tak berpenghuni ini hanya terdiri dari pasir putih yang hanya akan terlihat saat air surut, dan tidak akan terlihat begitu air laut pasang pada malam hari. Kami menikmati sunset dari pulau ini sambil berfoto berbagai pose. Matahari terbenam sudah, kami pun kembali ke Pulau Derawan. Ketika kapal akan bersandar, kami disuguhkan pemandangan penyu yang berenang bebas di perairan dangkal di sekitar Pulau Derawan ini. Jernihnya air yang terlihat berwarna turqouise menambah indah pemandangan senja kala itu.
[caption caption="Menikmati sunset di Pulau Gosong"]
Ikan Pari Manta
Hari kedua di Derawan, sekitar pukul 9Â kami bergerak ke Pulau Sangalaki. Pemberhentian pertama adalah sebuah spot lepas pantai yang katanya adalah manta point, jaraknya hanya sekitar setengah jam perjalanan dari Derawan. Saya sendiri baru dengar soal manta ketika akan berangkat ke Derawan ini. Dan pagi itu saya pun berenang dengan pemandangan bawah laut berupa ikan pari manta. Saya benar-benar takjub, baru kali ini saya menemukan pemandangan seperti itu. Manta itu salah satu jenis spesies ikan pari, warnanya lebih gelap di bagian atas dan bagian bawahnya putih.
Manta itu jinak, ekornya tidak beracun, makanannya adalah plankton dan bangkai ikan kecil, jadi tidak perlu takut jika berenang di kawasan habitat manta ini dan manta juga cuma ada di perairan tropis yang hangat. Namun manta berenang cukup dalam dan jarang sekali muncul ke atas, apalagi permukaan, jadi harus menyelam jika ingin menyentuhnya. Selain itu manta berenang melawan arus laut, jadi cukup lelah mengejarnya.
Danau Ubur-ubur
Satu jam mengejar manta, kami pun kembali melanjutkan perjalanan ke Pulau Kakaban. Nah, destinasi ini adalah incaran utama saya dalam perjalanan ini, yang paling saya tunggu dari seluruh urutan perjalanan yang direncanakan, karena di sini saya bisa berenang di danau ubur-ubur. Begitu speedboat kami bersandar, saya langsung bergegas melintasi jetty panjang itu, lalu melewati gerbang utama Pulau Kakaban. Sebelum tiba di danau ubur-ubur itu, saya harus melewati hutan mangrove terlebih dahulu. Jalur untuk melintasi hutan mangrove ini berupa jalan selebar 1 meter yang terbuat dari kayu. Setelah melewati jalan kayu yang licin di antara hutan mangrove itu, tibalah saya di danau ubur-ubur, dan saat itu saya tersadar kalau saya sudah terpisah dari rombongan saya karena begitu bersemangatnya saya ingin berenang di sana, jadi saya berjalan cepat dan meninggalkan mereka yang masih asyik berfoto di jalan kayu itu tadi.
[caption caption="Gerbang pulau Kakaban"]
Seru sekali berenang dengan ubur-ubur ini, saking banyaknya saya jadi sering bertabrakan dengan ubur-ubur, apalagi yang bening, karena tidak begitu kelihatan. Katanya danau yang seperti ini di seluruh dunia cuma ada 2, yaitu di Indonesia, ya di Pulau Kakaban ini, dan di pulau-pulau di jajaran Mikronesia di lautan Pasifik. Makanya tempat ini harus dikunjungi.
Entah berapa lama saya berenang di sana, saya berhenti ketika saya sudah merasa cukup puas. Setelah itu barulah saya berburu foto sendiri di jalan kayu itu, karena suasananya sudah sepi, jadi lebih bebas mencari foto sendiri.
[caption caption="Bermain bersama ubur-ubur"]
Gua Haji Mangku
Dari Pulau Kakaban kami bergerak menuju Pulau Maratua. Di sini ada destinasi baru yang cukup terkenal bernama Gua Haji Mangku. Awalnya saya agak malas untuk ikut ke tempat ini, karena saya tidak suka dengan gua, tapi karena semua orang turun, jadi saya pun terpaksa ikut turun. Ternyata yang saya lihat sangat berbeda dengan yang saya bayangkan. Setelah berjalan melintasi hutan mangrove yang masih liar, kami tiba di tepian sebuah jurang kecil. Di bawah jurang itu ada kolam berair jernih sekali. Bagian bawah tebing itulah yang berbentuk gua sepanjang sekitar 5-10 meter dengan air yang sangat jernih. Nah, hal yang harus dilakukan di sini adalah lompat dari tebing setinggi sekitar 4-5 meter ke dalam kolam air payau yang jernih ini, lalu berenang melewati gua dan naik lagi deh ke tebing awal tempat lompat tadi. Jangan ditanya bagaimana rasanya lompat di tebing lalu berenang di situ, yang pasti menyenangkan sekali!
[caption caption="Gua Haji Mangku"]
Pulau Maratua
Sekitar pukul 1 kami semua sudah selesai berenang, lalu berkumpul di tepi pantai untuk makan siang. Selesai makan siang, kami bergerak ke Pulau Maratua. Katanya ressort di pulau ini adalah penginapan yang paling terkenal, paling mahal dan paling indah di antara seluruh Kepulauan Derawan. Ketika speedboat akan bersandar di Pulau Maratua, saya sudah bisa melihat warna bening air laut yang tampak turqouise di sekitar Maratua Ressort itu. Di sana kami hanya sebentar, jadi kami hanya berfoto di beberapa tempat lalu kembali ke Pulau Derawan, karena jaraknya sekitar 2 jam perjalanan dan dikhawatirkan angin bisa bertiup kencang jika kembali terlalu sore.
[caption caption="berpose di pulau Maratua"]
Hiu Tutul Putih
Hari ketiga di Derawan, kami berangkat dari penginapan sekitar pukul 4 dini hari menuju daerah lepas pantai Pulau Talisayan. Setelah menempuh perjalanan sekitar 4,5Â jam, kami tiba di sebuah tangkahan. Di sana sudah ada 1Â speedboat parkir dan semua penumpangnya sedang berenang. Awalnya saya enggan turun karena masih mengantuk sekali, tapi melihat semua teman saya terlihat asyik sekali mengejar hiu yang sering muncul ke permukaan, saya pun akhirnya memutuskan untuk ikut turun dan mengejar 2 hiu tutul putih yang sedang asyik berenang di situ.
[caption caption="Hiu tutul putih di Talisayan"]
Jangan merasa takut atau seram dengan hiu  jenis ini, karena mereka jinak dan tidak menyerang manusia sama sekali. Sama seperti manta, hiu jenis ini pun hanya makan bangkai ikan kecil dan plankton, mereka juga hanya ada di perairan tropis yang hangat. Namun berbeda dengan manta, hiu ini berenang bebas tidak mengikuti arus dan sering muncul ke permukaan, terutama di pagi hari, jadi jika kita tiba di Talisayan di pagi hari maka kita pasti bisa bermain bersama hiu di sana.
Pulau Manimbora
Dari Talisayan kami melewati sebuah pulau kecil tak berpenghuni. Kami berhenti sebentar di sini atas saran guide lokal, karena sebenarnya pulau ini tidak termasuk dalam daftar perjalanan kami. Sebenanya pulau ini cukup indah, sayangnya banyak pengunjung pulau ini yang meninggalkan sampah.
[caption caption="Pulau Manimbora dari kejauhan"]
Labuan Cermin
Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam akhirnya kami tiba kembali di daratan Pulau Kalimantan, tapi kali ini di provinsi Kalimantan Timur, tepatnya di Kabupaten Berau. Di sini ada sebuah destinasi baru yang sedang tenar, yaitu Labuan Cermin. Banyak orang menyebutnya sebagai danau, tapi saya pribadi menganggapnya sebagai teluk sempit, karena emang Labuan Cermin masih terhubung sangat dekat dengan air laut lewat jalur yang kecil. Tapi untuk tiba di Labuan Cermin kami harus berganti speedboat dengan yang lebih kecil.
Yang menarik dari Labuan Cermin ini adalah airnya yang benar-benar jernih, saya senang sekali berenang di sini dan betah berlama-lama berenang, karena airnya yang sejuk, bersih dan bening. Hal unik dari tempat ini adalah, di bagian atasnya adalah air tawar sedangkan bagian bawahnya air asin, tapi air beda rasa ini tidak bercampur sama sekali.
Sekitar pukul 2 siang kami kembali ke dermaga utama untuk makan siang dan melanjutkan perjalanan darat menuju Pantai Biduk-biduk. Jadi dari dermaga Labuan Cermin kami melintasi jalan darat yang sepanjang jalan di sebelah kirinya merupakan pantai berpasir putih yang cantik. Dan malam itu kami menginap di sebuah penginapan yang lokasinya menghadap pantai biduk-biduk. Jadi kami menghabiskan sore hingga malam terakhir liburan kami di sana.
Hari terakhir liburan, di pagi hari kami bergerak kembali ke Pulau Derawan dari Pantai Biduk-biduk untuk mengantar guide lokal kami. Setelah berpisah, kami melanjutkan perjalanan panjang lagi ke kota Tarakan. Sekitar pukul 2 siang tiba di Tarakan, kami menuju Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan. Seperti namanya, yang khas dari tempat ini adalah hutan mangrove dan bekantan. Ya, di kawasan seluas 21 hektar ini pengunjung bisa menemukan bekantan yang hidup bergelantungan di bagian atas pohon mangrove. Menurut saya kawasan wisata ini cukup tertata, walaupun di beberapa titik jalanan kayunya bolong namun tidak parah.
[caption caption="Bekantan di hutan mangrove"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H