Alhasil, atas beberapa rentetan peristiwa mulai memantik saya untuk menjadi aktivis yang utuh dalam gerakan mahasiswa. Meski, pernah beberapa kali mengalami pendarahan hebat, koma dan trauma.
Selanjutnya, berbagai rentetan persoalan juga pernah saya dampingi bersama kawan-kawan lainnya di komunitas tersebut. Bermula mengadvokasi petani, anak-anak marjinal, pekerja pabrik dan persoalan lainnya.
Prinsipnya, pendampingan masyarakat merupakan perihal prioritas ketika saya memilih jalan berliku menjadi aktivis sosial. Puncaknya, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) beberapa tahun lalu (2012) di Istana Merdeka (Jakarta).
Saya, bersama kawan 53 (Lima Puluh Tiga) Mahasiswa lainnya tergabung dalam Konsolidasi Mahasiswa Nasional Indonesia (KONAMI). Berinisiatif, untuk melakukan aksi demontrasi. Namun, nasib berkata malang semuanya di tahan selama 3 (tiga) hari sel tahanan sementara. Meskipun, hanya sebatas tersangka tapi tidak sampai ke tahap narapidana.
Akhir cerita, tepatnya 28 Mei 2016 saya dinyatakan lulus tanpa syarat dari kampus. Serta, di bulan berikutnya sesuai harapan toga dan wisuda bukan sebuah mimpi. Setelah, bekerja cukup lama menyelesaikan istilah skripsi nuansanya kedaulatan rakyat; “Perubahan Sosial dan Konflik Komunitas Agama di Kabupaten Kulonprogo (Studi Kasus Komunitas Agama di Kecamatan Temon).”
Akhir perjalanan, saya sebagai aktivis mahasiswa bukan berarti menyatakan berhenti menjadi aktivis sosial.
Singkat cerita, di suatu pagi. “Mas, izin pamit.” Ucapku, “Mau kemana son ?” Sahut, mas agus. “Iya, mau pulang ke sumatera di Riau rumahku.” Jawabku, “Kok, secepat itu kamu ingin pulang ke kampung halaman,” Pertanyaan, mas agus. “Rindu, masakan mama mas.”
Akhir, kalimat di sebuah paragraf. Pengalaman, itulah aku dan faktanya tulus ikhlas melakukan hal-hal positif untuk bangsa maupun negara. Berawal mulai membaca, mencoba menganalisa dan menulisnya dalam berbagai bentuk cerita.
Sedikit catatan bagi kawan tersebar di seluruh negeri. Semoga, konco sedulur kabeh di anugerahi sehat walafiat. Mengabadikan diri terhadap apa yang pernah menjadi tunjuk ajar, bumi manusia Indonesia bagiku jalan berliku.
Bukankah, menjadi aktivis sosial sesuatu pekerjaan berat dilakukan ? Berkat, kegigihan penempaan cukup lama dalam realitas sosial. Alhasil, beberapa diantara kawan telah mampu dengan cermat melewati fase itu.
Selanjutnya, bermetamorfosa suatu bahtera kehidupan lebih baik. Ada yang menjadi seorang jaksa, pengacara, pengusaha, karyawan swasta, abdi negara dan bestatus pejabat lainnya.