Mohon tunggu...
Sona Adiansyah
Sona Adiansyah Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

IQRO'

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jalan Berliku Aktivis Sosial

6 September 2022   22:33 Diperbarui: 9 Februari 2024   22:49 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Alasannya, kehidupan yang pas-pasan kadang-kadang makan dan terkadang tidak. Sepintas, saya teringat ungkapan mama di saat itu; “Kamu sanggup nak, merasa sulit di kota besar ?“ Jawabku; “Apapun yang terjadi, Tuhan akan menyertai perjuanganku ma.”

Alhasil, tetesan air mata langsung tidak terbendung menetes di wajahnya. Serta, saya berusaha sigap mengusap-usap dengan menggunakan tisu. Bertujuan, menenangkan keadaan dan situasi sekaligus meyakinkan keadaan saya akan baik-baik saja dimana dan kapanpun.

Singkat cerita, tiketnya sudah terbeli via marina dari Pulau Burung (Ridar) ke Pulau Batam (Kepri) masih berkisar Rp 175.000,- (Seratus Tujuh Puluh Lima Ribu Rupiah) untuk satu kali bepergian.

Sembari, menikmati kepergian yang ditemani keindahan laut lepas di perjalanan. Serta, menyusuri beberapa pulau yang ada di provinsi Kepulauan Riau.

Bagi saya, itu sudah cukup menghilangkan sedikit kecemasan untuk pertama-kalinya pergi merantau. Plus, di tengah-tengah perjalanan terlihat keindahan Pulau Sugi sisi kejauhan. Semua orang juga tahu, telunas resort cukup terkenal di Mancanegara dan itu yang membuat perasaan saya menjadi senang tanpa di rundung rasa takut dan kesusahan.

To the point, orang kampung dengan memiliki berbagai jenis keterbatasan itu saya. Serta, menyatakan ingin keluar ke kota besar baru pertama-kalinya alias perdana pada waktu itu berkeinginan kuliah di Jogjakarta.

Singkat cerita, dari Bandara Internasional Hang Nadim langsung terbang ke Bandara Adi Sucipto yang sekarang sudah berganti status menjadi YIA; Yogyakarta International Airport (Kulonprogo).

Setibanya, tanyaku terhadap diri sendiri; “Dimana tas ranselnya, kok bisa hilang,” sembari bengong dan gelisah. Entahlah, hampir putus asa mencarinya.

Akhirnya, saya mencoba menelpon ke salah-satu senior. “Halo, Assalamu’alaikum kang ?” Jawabnya; “iya son, wa’alaikumsalam ada apa ? Kamu udah mendaratkah (Kang Fathur).” Jawabku; “Iya nih kang, udah mendarat. Tapi, tas ransel saya belum ditemukan.” 

Singkat waktu, langsung kaget. “Kok bisa tas ranselmu hilang, bukannya pengamanan di tiap-tiap bandara super ketat son. Apalagi, bandara Hang Nadim tarafnya Internasional. Ah, kamu ada-ada aja.” Jawabku, “Iya beneran kang, tas ransel yang saya bawa beneran hilang.” 

Alhasil, “Sekarang begini saja deh, coba kamu ingat-ingat kembali. Dimana tas ranselnya tadi di titipkan.” Jawabku, “Tadi itu, ketika saya baru masuk di pintu utama bandara. Tas ranselnya, saya titipkan pada conveyor yang bergeraknya satu arah. Tepatnya, di lantai dasar bandara itu. Nah, setelah itu saya di rekomendasikan ke ruang tunggu. Tepatnya, di lantai 3 (tiga). Saya mencoba menunggu kedatangannya, tapi anehnya tas ransel itu tidak ada muncul di hadapan saya. Mau, bertanya ke petugas, saya kurang percaya diri alias malu kang.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun