tanganmu mengusap peluh di leherku
menirisnya di sebatang bunga yang layu
Â
percakapan itu terus mengalir deras
hingga menembus pekat malam
kami berharap esok matahari tak mengendap
hening.
Metro, 29 Juli 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!