Mohon tunggu...
Sofian Pian
Sofian Pian Mohon Tunggu... Human Resources - pns, pedagang kecil dan lelaki penikmat senja, diteluk palu

pns, pedagang kecil dan lelaki penikmat senja, diteluk palu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Frasa, Literasi Jalanan, dan Literasi

2 Juli 2024   19:39 Diperbarui: 3 Juli 2024   16:00 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah hiruk pikuk jalanan yang ramai, truk meluncur bagaikan kanvas bergerak, menghiasi perkotaan dan jalanan desa dengan frasa-frasa inspiratif dan penuh makna. 

Frasa-frasa ini bukan sekadar hiasan, melainkan media "literasi jalanan" yang efektif untuk menarik perhatian dan menyampaikan pesan kepada masyarakat luas. Termasuk Pendidik dan pemerhati pendidikan.

Truk, dengan ukurannya yang besar dan mencolok, menjadi media yang ideal untuk menampilkan frasa-frasa yang mudah dibaca dan dipahami. Frasa-frasa tersebut dapat berupa kutipan dari tokoh terkenal, kata-kata bijak, atau pesan-pesan sosial yang ingin disampaikan oleh pemilik truk/sopir.

Sebagai penikmat 'dijalanan hidup', tentunya, merasa tertarik untuk mempertanyakan dan memahami secara konseptual apa yang dimaksud dengan frasa, literasi jalanan, dan literasi.

Bagaimana peran pendidik dalam melihat 'fenomena jalanan ini' sebagai suatu hal yang menarik untuk memberi penguatan literasinya bagi pembelajaran di satuan Pendidikan menengah, khususnya guru pada SMA dan SMK?

Literasi

Secara definisi, literasi merupakan kemampuan seseorang dalam memahami, menggunakan, dan mengolah informasi tertulis maupun lisan untuk berfungsi secara efektif dalam masyarakat. 

Secara lebih luas, literasi juga mencakup pemahaman terhadap berbagai macam konten dan media, termasuk numerasi (kemampuan matematika), literasi digital, literasi media, serta kemampuan berpikir kritis dan kreatif.

Kemampuan untuk memahami teks tertulis dengan baik, termasuk struktur bahasa, makna kata, dan kontek. Kemampuan untuk menyusun teks dengan jelas, koheren, dan terstruktur. 

Keahlian dalam menguraikan dan memproses informasi yang disampaikan melalui teks, termasuk memahami teks dalam teks bacaan. Kemampuan untuk menggunakan teknologi digital, memahami informasi yang ditemukan secara online, serta menggunakan alat-alat digital untuk berkomunikasi dan mengakses informasi. 

Kemampuan untuk memahami, mengevaluasi, dan membuat konten media dengan kritis, serta memahami bagaimana media mempengaruhi persepsi dan pengetahuan masyarakat. 

Keterampilan dalam mengevaluasi informasi secara kritis, mengidentifikasi kebenaran dan akurasi informasi, serta menyusun argumen yang terinformasi dan berbasis bukti. 

Keterampilan dalam menghasilkan ide-ide baru, menemukan solusi yang inovatif, serta menyampaikan informasi atau ide dengan cara yang menarik dan persuasif. Hal-hal ini merupakan aspek-aspek penting dalam literasi.

Literasi membantu individu untuk mengembangkan potensi pribadi mereka, mengakses pendidikan lebih lanjut, serta meningkatkan kesadaran akan isu-isu sosial dan global. 

Memiliki literasi yang baik memungkinkan seseorang untuk berpartisipasi aktif dalam masyarakat, berkontribusi dalam diskusi publik, serta mempengaruhi keputusan-keputusan yang memengaruhi kehidupan mereka. 

Literasi yang baik dapat meningkatkan peluang karir dan ekonomi seseorang, karena mereka mampu mengakses informasi, mengembangkan keterampilan, dan beradaptasi dengan perubahan teknologi dan ekonomi dan bermakna dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, literasi tidak hanya mencakup kemampuan dasar membaca dan menulis, tetapi juga mencakup keterampilan-keterampilan yang penting untuk bertahan dan berkembang dalam era informasi dan teknologi seperti sekarang ini.

Literasi Jalanan

Foto: koleksi pribadi
Foto: koleksi pribadi

Konsep literasi jalanan merujuk pada pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pengalaman langsung di lingkungan jalanan atau kehidupan sehari-hari di masyarakat, bukan dari pendidikan formal atau akademis.

Ini bisa mencakup berbagai aspek seperti memahami dinamika sosial di jalan, mengenali dan menghindari bahaya, berkomunikasi dengan berbagai tipe orang, serta menggunakan kreativitas dan kecerdikan untuk bertahan hidup atau mencapai tujuan tertentu.

Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang memiliki kemampuan adaptasi dan pemecahan masalah yang tinggi, meskipun mereka mungkin tidak memiliki pendidikan formal yang tinggi. 

Literasi jalanan bisa sangat penting dalam berbagai situasi, terutama dalam konteks urban atau perkotaan dan pedesaan di mana interaksi sosial dan dinamika lingkungan sangat kompleks dan cepat berubah.

Pengertian literasi jalanan menurut para ahli

Literasi jalanan, atau "street literacy," adalah konsep yang telah dibahas oleh berbagai ahli dalam konteks pendidikan, sosiologi, dan antropologi. Berikut beberapa pengertian literasi jalanan menurut para ahli:

Paul Willis dalam bukunya "Learning to Labor: How Working Class Kids Get Working Class Jobs" mengungkapkan bahwa literasi jalanan mencakup keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman langsung dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di lingkungan kelas pekerja. 

Ini termasuk pemahaman tentang bagaimana berinteraksi dengan orang lain, mengelola situasi sosial yang kompleks, dan keterampilan bertahan hidup.

Henry Giroux, seorang teoritikus pendidikan kritis, menyatakan bahwa literasi jalanan adalah bagian dari pendidikan kritis yang memungkinkan individu untuk memahami dan menantang struktur kekuasaan dan ketidakadilan dalam masyarakat. 

Literasi jalanan memberi individu alat untuk mengatasi dan menavigasi tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Luis Moll dalam konsepnya "Funds of Knowledge" menyatakan bahwa literasi jalanan mencakup pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh komunitas yang sering kali diabaikan oleh pendidikan formal. 

Moll berpendapat bahwa mengintegrasikan literasi jalanan dalam pendidikan dapat memperkaya pengalaman belajar siswa dan membuat pembelajaran lebih relevan dengan kehidupan mereka sehari-hari.

David Barton dan Mary Hamilton dalam studi mereka tentang literasi di masyarakat menekankan bahwa literasi jalanan melibatkan praktik-praktik literasi yang digunakan dalam konteks kehidupan nyata, termasuk interaksi sosial, pekerjaan, dan kegiatan sehari-hari. Literasi ini berbeda dari literasi akademis dan sering kali lebih pragmatis dan kontekstual.

Suyanto, seorang praktisi pendidikan di Indonesia, mengungkapkan bahwa literasi jalanan mencakup pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh anak-anak dan remaja dari lingkungan luar sekolah. 

Menurutnya, literasi jalanan membantu mereka mengembangkan kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi sosial yang kompleks dan dinamis di lingkungan perkotaan.

Eka Prihatin, seorang akademisi di bidang pendidikan luar sekolah, menyatakan bahwa literasi jalanan adalah keterampilan dan pengetahuan praktis yang didapatkan dari interaksi sehari-hari di masyarakat. Ini termasuk kemampuan untuk memahami dan merespons berbagai situasi sosial dan ekonomi yang dihadapi di jalanan, seperti berdagang atau bekerja secara informal.

H.A.R. Tilaar, seorang ahli pendidikan terkenal di Indonesia, mengemukakan bahwa literasi jalanan adalah bagian dari pendidikan non-formal yang memainkan peran penting dalam membentuk karakter dan keterampilan hidup individu. Literasi jalanan dianggap sebagai bentuk pendidikan yang membantu individu menghadapi tantangan hidup dengan lebih baik.

Agus Supriadi, dalam penelitiannya tentang pendidikan alternatif, menekankan bahwa literasi jalanan memberikan keterampilan praktis yang relevan dengan kebutuhan sehari-hari. Menurutnya, literasi jalanan dapat mencakup berbagai aspek seperti keterampilan bertahan hidup, kewirausahaan, dan keterampilan sosial yang tidak diajarkan secara formal di sekolah.

Darmaningtyas, seorang pengamat pendidikan, berpendapat bahwa literasi jalanan adalah pengetahuan yang didapatkan melalui pengalaman langsung di lapangan. Dia menekankan pentingnya pendidikan yang lebih inklusif dan kontekstual yang mencakup literasi jalanan untuk membantu siswa lebih siap menghadapi realitas sosial dan ekonomi.

Siti Murbawani, seorang peneliti di bidang pendidikan, mengidentifikasi literasi jalanan sebagai bagian dari literasi budaya. Dia menyatakan bahwa literasi jalanan melibatkan pemahaman tentang norma-norma sosial dan budaya yang berlaku di lingkungan masyarakat tertentu, serta kemampuan untuk berinteraksi secara efektif dalam konteks tersebut.

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa literasi jalanan mencakup pengetahuan dan keterampilan praktis yang diperoleh melalui pengalaman langsung di masyarakat. 

Literasi ini melibatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi sosial yang kompleks, memahami norma-norma budaya, dan mengembangkan keterampilan hidup yang relevan dengan kebutuhan sehari-hari. 

Integrasi literasi jalanan dalam pendidikan formal dapat membantu siswa lebih siap menghadapi tantangan kehidupan nyata dan menjadi individu yang lebih mandiri dan adaptif.

Frasa

dokumen pribadi
dokumen pribadi

Frasa adalah kelompok kata yang membentuk satu kesatuan makna, namun tidak memiliki struktur subjek-predikat yang lengkap seperti kalimat. Frasa berfungsi untuk memberikan keterangan tambahan, memperjelas, atau memperkaya informasi dalam suatu kalimat. 

Frasa dapat terdiri dari dua kata atau lebih yang saling berhubungan dan biasanya tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat yang lengkap:

Frasa Nominal. Frasa yang inti atau kata pusatnya adalah kata benda (nomina). Contoh: "rumah besar," "mobil baru," "kucing hitam."

Frasa Verbal. Frasa yang inti atau kata pusatnya adalah kata kerja (verba). Contoh: "sedang makan," "telah pergi," "akan datang."

Frasa Adjektival. Frasa yang inti atau kata pusatnya adalah kata sifat (adjektiva). Contoh: "sangat cepat," "lebih tinggi," "paling indah."

Frasa Preposisional. Frasa yang dimulai dengan kata depan (preposisi) dan diikuti oleh objeknya. Contoh: "di rumah," "ke sekolah," "dari kota."

Frasa Adverbial. Frasa yang berfungsi sebagai keterangan (adverb). Contoh: "dengan cepat," "secara diam-diam," "di malam hari."

Frasa memiliki berbagai fungsi dalam kalimat, antara lain:

Keterangan Tambahan. Memberikan informasi tambahan tentang subjek atau objek dalam kalimat. Contoh: "Dia tinggal di rumah besar itu."

Memperjelas Makna. Memperjelas atau memperinci makna kata yang diikutinya. Contoh: Dia membaca buku yang menarik."

Menjadi Subjek atau Objek. Frasa dapat berfungsi sebagai subjek atau objek dalam kalimat. Contoh: "Rumah besar itu dijual," "Saya membeli mobil baru."

Menjadi Pelengkap. Menyempurnakan makna predikat dalam kalimat. Contoh: "Dia menjadi sangat marah," "Mereka sedang bermain di taman

Dengan demikian, frasa merupakan kelompok kata yang membentuk satu kesatuan makna tanpa memiliki struktur subjek-predikat yang lengkap. 

Frasa berfungsi untuk memberikan keterangan tambahan, memperjelas, atau memperkaya informasi dalam suatu kalimat. Dengan memahami jenis-jenis frasa dan fungsinya, kita dapat menyusun kalimat yang lebih jelas, rinci, dan bermakna.

Frasa dan Literasi Jalanan

Frasa dan literasi jalanan merupakan dua konsep yang seringkali berhubungan erat dalam konteks ekspresi budaya di ruang publik. Frasa adalah kumpulan kata yang membentuk satu kesatuan makna, tetapi tidak lengkap sebagai kalimat. 

Frasa bisa terdiri dari berbagai jenis kata seperti kata benda, kata kerja, kata sifat, atau kombinasi dari beberapa jenis kata ini. Frasa sering digunakan dalam bahasa sehari-hari untuk memberikan informasi tambahan, memperjelas makna, atau memperkaya komunikasi. 

Contoh frasa dalam konteks literasi jalanan mungkin termasuk pesan-pesan pendek seperti "Cinta Tanah Air" atau "Jangan Lupa Bahagia." Frasa-frasa ini sering ditulis dengan gaya yang menarik dan mudah dicerna oleh orang-orang yang melintas di ruang publik. 

Sementara literasi jalanan mengacu pada penggunaan ruang publik, seperti tembok, bangku, atau kendaraan umum, sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan sosial, politik, atau budaya. 

Ini bisa berupa tulisan, gambar, atau kombinasi keduanya yang mengekspresikan gagasan, nilai, atau pesan tertentu kepada khalayak yang luas.

Literasi jalanan bukan hanya tentang kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga tentang kreativitas dalam menyampaikan ide-ide atau pendapat dengan cara yang unik dan seringkali provokatif. 

Biasanya, literasi jalanan mencerminkan perasaan atau pandangan dari kelompok tertentu dalam masyarakat terhadap isu-isu yang mereka anggap penting. Frasa-frasa yang ditampilkan dalam literasi jalanan bisa mempengaruhi opini publik atau memicu diskusi tentang isu-isu tertentu dalam masyarakat.

Dengan demikian, frasa dan literasi jalanan bukan hanya sekadar bentuk komunikasi, tetapi juga cermin dari dinamika budaya dan ekspresi sosial di ruang publik.

Literasi jalanan bagi penguatan pembelajaran disatuan pendidikan Menengah

Mengintegrasikan literasi jalanan ke dalam pembelajaran di satuan pendidikan menengah seperti SMA dan SMK dapat memberikan banyak manfaat, terutama dalam hal mempersiapkan siswa untuk menghadapi kehidupan nyata. 

Misalnya, Penguatan Karakter dan Etika melalui pengalaman hidup jalanan untuk mengajarkan nilai-nilai seperti integritas, tanggung jawab, dan kerja keras. Ini bisa dilakukan melalui cerita atau studi kasus orang-orang yang sukses meskipun berasal dari latar belakang yang sulit.

Dalam implementasi kurikulum merdeka, 'tema; dalam kata-kata di leterasi jalanan bisa dilakukan melalui pendekatan Interdisipliner melalui berbagai mata pelajaran seperti bahasa Indonesia, matematika, ekonomi, dan pendidikan karakter. 

Melalui kegiatan Ekstrakurikuler, kegiatan seperti debat, layanan masyarakat yang memungkinkan siswa untuk menerapkan keterampilan jalanan. 

Kolaborasi dengan Komunitas, dimana mengajak pelaku usaha lokal, LSM, dan tokoh masyarakat untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan siswa.

Dengan mengintegrasikan literasi jalanan (pendekatan tematik) dalam pendidikan SMA dan SMK melalui kurikulum mata pelajaran tidak hanya membuat pembelajaran lebih relevan dan kontekstual, tetapi juga mempersiapkan siswa untuk menjadi individu yang tangguh, mandiri, dan siap menghadapi tantangan dijalanan hidupnya, dunia nyata. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun