Itu terbukti, saat kami sesekali menjumpai pengunjung yang telah memanjakan mata di air terjun yang tersembunyi. "Huah huah huah," begitu kira-kira suara yng keluar dari pengunjung sambil menghela nafas dan berpegangan tangan di tangga.
"Semangat pak," kataku dengan imbuhan, "masih jauh tah pak?"
"Iya ini harus semangat. Apalagi kalian masih muda. Masih lumayan jalannya," terangnya.
"Wah, baik pak," kata kami bersamaan. Tak berapa lama kami pun jumpa rekannya lalu bilang, "tadi hampir ga sampai. Jauh kali," sebutnya.
"Tenang. Bagus, air terjunnya," katanya lagi.
Bahkan ada pengunjung yang terang-terangan ga sampai bawah. "Capek," katanya.
Waduh, gumamku. Iya juga si, lumayan menguras tenaga guys. Deburan air terjun sayup-sayup memanggil kami untuk segera lihat. Namun, tak kunjung sampai. Kami pun memilih mengistirahatkan diri di bangku berbahan besi yang berwarna merah untuk cas energi.
Setelah di rasa cukup, perjalanan pun kami lanjutkan. Yeaaaay, finally, we did it. Dengan nafas yang cukup terengah-engah, namun eksotisme Air Terjun Ndolo sungguh memukau dan memanjakan hati dan pikiran.
Karena saat tiba ada dua pemuda di sana, kami memilih untuk istirahat sejenak di bangku yang telah tersedia. Mendokumentasikan perjalanan.
Rasanya ingin mandi. Dingin bukan alasan, namun tidak ada baju ganti. Jadi, kami hanya membiarkan telanjang kaki dan basah celana selutut. Seneng banget rasanya. Gamau balik. Namun, Senin menjadi realita kehidupan.