Mohon tunggu...
Sofia Grace
Sofia Grace Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

Seorang ibu rumah tangga yang hidup bahagia dengan suami dan dua putrinya. Menggeluti dunia kepenulisan sejak bulan Oktober 2020. Suka menulis untuk mencurahkan isi hati dan pikiran. Berharap semoga tulisan-tulisan yang dihasilkan dapat memberi manfaat bagi pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surga Hanya di Telapak Kaki Ibu? (1)

13 September 2022   21:37 Diperbarui: 14 September 2022   14:40 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Tidak tahu diri! Kamu benar-benar anak durhaka. Padahal sejak menikah, hidupmu semakin susah. Apa-apa dikerjakan sendiri! Dulu di rumah orang tua enak ada pembantu. Sekarang hidupmu melarat, kere! Mulai sekarang jangan berani-berani datang ke rumah lagi. Juga tidak ada lagi transferan setiap bulan untukmu. Kita lihat saja, apa bulan depan kamu, suami, dan anak-anakmu masih bisa makan?!"

Amarah Icha semakin menggelegak. Dengan suara lantang wanita berusia tiga puluh delapan tahun itu berkata, "Kapan Icha pernah meminta uang dari Ibu? Sepeserpun tidak. Bahkan kalau Ibu memesan barang untuk dibelikan di toko online, Icha selalu bilang tidak usah dibayar. Tapi Ibu memaksa Ayah untuk mentransfer ke rekening Icha. Akhirnya Icha terpaksa menerimanya. Itupun uang kembaliannya selalu Icha transfer kembali ke rekening Ayah. Dan uang bulanan yang ditransfer Ayah juga sebenarnya dengan berat hati Icha terima. Demi membiayai terapi dan suplemen Elly...."

"Ya, anakmu si Elly itu lahir menyandang down syndromme akibat dosamu telah menentang Ibu dengan menikahi ayahnya. Kasihan anakmu itu terpaksa memikul dosa ibunya. Itu karmamu, Icha. Karma!"

Air mata Icha mulai mengalir deras. Wanita itu tak terima dengan tuduhan ibu kandungnya. "Elly itu terlahir sebagai down syndromme bukan karena Icha. Tapi karena dari keluarga Ayah ada riwayat genetik anak-anak berkebutuhan khusus. Ibu tahu itu. Cucu-cucu keponakan Ayah di luar kota banyak yang mengalami gangguan autis, ADHD, down syndromme, dan sebagainya."

Sang ibu tidak mau kalah. Suaranya semakin melengking tinggi. "Tutup mulutmu, Anak Durhaka! Kamu ingat mendiang pamanmu dulu pernah berkata bahwa Elly itu tidak normal akibat menanggung karma perbuatanmu dulu menentang Ibu. Saking pamanmu itu sudah meninggal dunia. Kalau tidak, Ibu akan minta dia dengan lantang berseru di telingamu bahwa Elly itu tidak normal akibat perbuatanmu!"

Icha semakin naik pitam. Dia menjadi histeris. Tanpa rasa hormat lagi pada sang ibu, wanita yang merasa terintimidasi itu menjerit sekuat tenaga, "Memang Ibu saja yang bisa depresi? Orang lain tidak bisa? Aku juga bisa depresi, Bu. Aku sama seperti Ibu. Butuh psikiater. Tapi aku selama ini berusaha mengontrol perasaanku sendiri. Karena anak itu membutuhkan ibunya berakal sehat. Ibu jangan sombong. Cobalah introspeksi diri. Introspeksi!"

Sambil mengucapkan kata-kata itu, Icha menjambak-jambak rambutnya sendiri. Ekspresi wajahnya tidak karuan. Ingin diperlihatkannya pada sang ibu yang melihatnya melalui video call bagaimana dirinya kalau depresi. Karena selama ini ibunya melulu yang selalu marah-marah dengan menyakiti diri sendiri di hadapan suami maupun anak-anaknya.

Tapi hal itu justru semakin menyulut kemarahan wanita tua itu. Wanita yang usianya sudah enam puluhan, tapi kelihatan sepuluh tahun lebih muda karena rajin merawat kecantikannya.

"Kamu makin lama makin kurang ajar. Kamu lupa, surga itu berada di telapak kaki Ibu? Pamanmu dulu saja berkata, menentang ayah itu berbeda dengan menentang ibu. Ayah tidak mempunyai surga di telapak kakinya. Ibu punya! Dengar itu, Icha. Ibu punya surga. Ayah tidak punya! Mulai sekarang benar-benar tak ada lagi uang untukmu sekarang, Anak Durhaka. Lihat saja. Kamu, suamimu, dan anakmu akan kelaparan. Kalian bertiga akan menjadi kere. Kere, kere, kere!"

"Icha takkan menerima lagi uang sepeserpun dari Ayah, Ibu, maupun dari saudara-saudara Ibu. Jangan lupa, Bu. Roda dunia itu selalu berputar. Sekarang posisi Icha memang sedang berada di bawah, karena tidak bisa bekerja maksimal demi mengasuh Elly yang down syndromme. Tapi suatu saat roda akan berputar dan membawa Icha kembali ke atas."

"Jangan mimpi! Suamimu itu tidak bisa apa-apa. Kalian bertiga akan hidup kere selama-lamanya. Kere, kere, kere!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun