"Aku turut senang kamu berhasil meraih impianmu menjadi guru bahasa Mandarin, Lana. Tadi muridmu memuji caramu mengajar yang kreatif dan telaten."
"Maaf, Bu Mia. Bisa minta tolong supaya langsung pada pokok permasalahannya saja? Waktu istirahat saya cuma satu jam. Setelah itu ada murid privat lagi yang harus saya handle. Mohon maaf sebelumnya."
Bu Mia tersenyum. Gadis ini sudah tumbuh menjadi wanita yang matang. Aura ketegasan memancar dari sorot mata, nada bicara, dan gerak-geriknya. Pengalaman hidup yang menyedihkan mungkin telah mengubahnya menjadi karakter yang kokoh seperti sekarang.
Tiba-tiba tangan perempuan itu bergerak menarik rambut pendeknya. Lana terkesiap. Aku tahu bahwa itu rambut palsu. Tapi tak kusangka ternyata digunakan untuk menutupi kepala yang gundul pelontos di dalamnya, gumam Lana dalam hati.
"Aku sakit parah, Lana. Kanker payudara stadium empat. Kedua payudaraku sudah dioperasi, tapi ternyata sel-sel kankernya sudah menyebar kemana-mana. Segala macam pengobatan medis maupun altenatif sudah kujalani. Kemoterapi telah membuat rambutku rontok semua. Menurut dokter, usiaku sudah tidak lama lagi. Bisa bertahan enam bulan ke depan saja sudah bagus...."
Bersambung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H