Tanpa peringatan, Abidin menampar wajah Senja. Suara tamparan itu menggema seperti petir di langit senja. Ayah Senja, yang menyaksikan kejadian itu, bangkit dengan murka.
*"Belum jadi suami, kau sudah berani kasar! Batal saja lamaran ini! Aku tidak setuju!"* suara sang ayah menggelegar, memotong segala rencana yang sudah disusun rapi.
Kemudian, Abidin bertubi-tubi meninju Cahaya yang berdiri diam, membuatnya jatuh terjengkang. Kini ada merrah mengalir dari lobang hidung dan bibirnya.
Namun rasa sakit itu bukan akhir. Dalam kekacauan yang menyisakan luka, Senja dan Cahaya menemukan kejujuran hati yang sebelumnya tersembunyi.
Sejak saat itu, mereka saling merajut kisah yang ditulis oleh waktu dan doa, sebuah kisah yang bermula dari tatapan penuh makna---di saat senja, mengajarkan bahwa cinta sejati bisa hadir tanpa mengenal batas. Menghalau perjodohan antar para juragan.
Kesimpulan
Cerpen Senja di Mata Cahaya menggambarkan perjalanan cinta yang dimulai dari kesan sederhana hingga menjadi dorongan kuat untuk bertemu dan memahami makna kasih sayang yang sejati.
Pertemuan Cahaya Sentosa dengan Senja Binar Jingga, tidak hanya menjadi kisah tentang perasaan, tetapi juga pelajaran tentang kejujuran hati dan keberanian menghadapi kenyataan, termasuk konflik yang membawa pada perubahan besar dalam hidup.
Kekasaran yang dilakukan oleh Abidin membuka jalan bagi Senja untuk menyadari nilai cinta yang tulus dan hakikat perlindungan yang seharusnya diberikan oleh seorang pendamping hidup.
Saran
1. Pilih Pendamping Hidup dengan Bijak