Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Luka Sarita, Pilihan Berdamai dari Lingkaran Toxicn

2 Januari 2025   00:42 Diperbarui: 2 Januari 2025   02:38 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Maya mencondongkan tubuhnya, memberi ruang untuk Sarita melanjutkan.

"Yang membuatku merasa begitu hancur adalah... aku terpancing," suara Sarita hampir tak terdengar.

"Aku membalasnya dengan kata-kata kasar. Aku menyebut dia 'CEO goblok' yang dipecat karena merugikan perusahaan."

Maya terkejut, tapi mencoba menyembunyikannya. "Itu bukan kualitas  kamu, Sarita. Kamu tahu itu."

Sarita mengangguk, menutup wajahnya dengan kedua tangan. Tangisnya pecah. "Aku tahu, Maya. Aku tahu. Tapi aku tak bisa menahan diri. Aku merasa direndahkan, dipermalukan di depan teman-teman di grup WA itu. Aku ingin membalas... ingin membuat dia merasakan sakit yang sama."

Maya meraih tangan Sarita dengan lembut. "Itu reaksi manusiawi, Sarita. Tapi ingatlah, kita tidak bisa mengubah perilaku orang lain dengan membalas dendam. Itu hanya akan membuat kita terjebak dalam lingkaran toxic yang sama."

Sarita terisak, mencoba menenangkan dirinya. "Aku hanya ingin dia tahu bahwa dia salah. Tapi, pada akhirnya, aku malah merendahkan diriku sendiri. Menyebutnya 'CEO goblok, sudah tepat boss memecat-mu !' Itu ucapanku"

Maya tersenyum tipis. "Sarita, apa kamu tahu latar belakang temanmu itu?"

Sarita menggeleng pelan.

"Dia didiagnosis
 dengan Neuropsychotic Disorder. Trauma masa kecilnya, ditambah kegagalannya mempertahankan jabatan penting, membuat dia merasa kehilangan kendali atas hidupnya. Rasa marah dan frustrasinya diarahkan pada orang-orang di sekitarnya."  Paragraf' baku itu salah satu template diagnosa, milik Maya. Berulang kali sudah dikatakannya

Sarita tertegun. "Jadi, dia sebenarnya... menderita?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun