Doddy bergeming, matanya masih tertuju pada layar ponsel.
"Nanti yaa, Din. Lagi baca artikel penting nih."
Dinni menghela napas panjang. Dia sudah terbiasa dengan respons semacam itu. Sebagai seorang istri, ia selalu berusaha untuk tidak membebani suaminya dengan pekerjaan rumah tangga. Meski kenyataannya, sebagian besar pekerjaan rumah tangga jatuh pada pundaknya. Tapi, di hatinya, ia tetap bersyukur atas apapun yang dimiliki keluarganya.
Dua Tahun Lalu
Dinni dan Doddy menikah saat mereka baru tiga tahun bekerja di perusahaan yang sama. Dinni, yang pada awalnya seorang sales, dengan cepat menunjukkan potensinya. Dalam setahun, ia dipromosikan menjadi Supervisor, dan dua tahun kemudian ia diangkat menjadi Regional Manager. Kerja keras, kecerdasan, dan ketekunannya membuahkan hasil yang cemerlang.
Tak lama setelah itu, dia diangkat menjadi National Sales Manager, menggantikan atasannya yang diturunkan jabatan.
Bertanggung jawab atas seluruh penjualan di seluruh penjuru Indonesia , sebuah posisi prestisius yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas, termasuk mobil dinas. Mewah.
Di sisi lain, Doddy yang bekerja di bagian produksi, juga mengalami kenaikan jabatan. Namun, kenaikannya tidak secepat Dinni.
Doddy baru diangkat menjadi Supervisor di bagian pengepakan, setelah Dinni menjadi Sales Manager Nasional. Meski begitu, Dinni selalu mendukung dan bersyukur atas setiap pencapaian suaminya.
Dinni adalah tipe wanita yang senang belajar dan terus mengembangkan dirinya. Buku-buku, seminar, dan pelatihan adalah bagian dari hidupnya. Dia percaya bahwa ilmu dan pengetahuan adalah kunci untuk berkembang.
Sedangkan Doddy, meski sebenarnya ingin bertumbuh, tapi enggan untuk belajar lebih. Tak punya tekad. Cuma ingin !.
Ia sepertinya merasa cukup dengan apa yang sudah dicapai dan tidak terlalu tertarik untuk berusaha lebih.