"Kamu dulu, ...!" , seru sang mahasiswi, meminta jawaban.
"Aku sudah cukup lama kenal pak Tiarum. Semua warung tenda disini sudah kubuat videonya. Semua sudah kumuat di youtube. Sekarang kamu, ...."
"Aku juga sudah kenal mereka semua, ...."
"Jangan ikut-ikutan, jangan becanda lagi, cantik, ..."
"Benar, aku gak becanda, ..."
Tiba-tiba, pintu jati besar dibelakang Pak Tiarum, terbuka sedikit. Wajah seorang ibu mencembul di situ. Mengedarkan pandangannya, berhenti di punggung seseorang. Lalu dia amati gerak-geriknya. Yaa, pasti itu anak perempuannya.
Pintu itu ditutup pelan-pelan, tapi tidak dikunci. Hatinya tak bisa dipungkiri, gembira. Suatu yang lama dipendamnya, ingin anak cantiknya punya calon suami.
"Mudah-mudahan anak laki itu, sedang jatuh cinta, ... Kelihatannya Wadiarini Anya suka, ...", ibu yang masih tampak gesit itu, menulis pesam singkat,
"Anakku yang baik hati, kalau sudah selesai makan, ngobrolnya pindah ke ruang tamu, yaa . Pintu depan sudah ibu buka kuncinya. Ajak teman-mu masuk, ..."
Jreeng, jreng-jreng pesan itu langsung dibaca "sang kutilang samat" , kurus tinggi langsing, sawo matang.
Spontan, tangannya menarik tangan Marsudi Jaya, ...