Dia merasa karena pemerintah belum menyediakan pembagunan fasilitas untuk perokok sehingga perokok aktif bisa bebas menghirup dan menghembuskan asap dimanapun.
Ini ibarat pengguna kendaraan pribadi yang enggan naik transportasi umum karena dinilai belum memadai.
Alhasil para perokok aktif dengan cuek mengeluarkan asap rokoknya dimana pun itu. Ketika mulutnya asam, di ruang terbuka ramai pun dengan percaya diri menghirup tembakau yang dibakar tersebut.
Para perokok aktif tidak peduli dengan nasib orang sekitar dari ibu hamil, anak-anak, atau orang yang memiliki sakit pernapasan.
Seperti di Stasiun Karet, Jakarta Pusat, sampai di Braga, Bandung, sambil berjalan, para perokok aktif dengan enaknya menghembuskan asap rokoknya tersebut.
Seolah tidak punya etika dan empati dengan orang sekitarnya.
Padahal, sifat nikotin dalam rokok ini bisa menempel di pakaian atau benda-benda lainnya. Hal itu bisa melahirkan korban pecandu rokok pihak ketiga.
Berhasil di Dunia Olah raga, tetapi Gagal di Dunia Pendidikan
Apakah kalian tahu alasan pergantian sponsor Indonesia Open Super Series Premier 2014 dari Djarum menjadi BCA?
Salah satunya terkait implementasi Peraturan Pemerintah (PP) nomor 109/2012 terkait larangan industri rokok menjadi sponsor acara yang dipublikasikan di media massa.
Alhasil, perusahaan yang masih terafiliasi oleh Djarum yakni PT Bank Central Asia Tbk. menjadi sponsor turnamen bulu tangkis cukup bergengsi tersebut.
Hal itu juga berlaku di sepak bola yang memiliki sponsor liga dari Torabika sampai Go-jek dan Traveloka.