Tidak berlebihan jika karakter kepemimpinan ditampilkan Jokowi memang merupakan karakter yang dapat dikatakan "sangat Indonesia" sekali. Sebab baginya beragama bukanlah untuk menzalimi orang yang berbeda agama, melainkan beragama justru jadi spirit untuk membawa kebaikan jauh lebih luas.
Dalam Islam, cara beragama seperti ini acap digambarkan dengan akhlak Nabi Muhammad SAW. Ketika ia bertemu dengan seorang masyarakat yang tetap memilih agama lamanya, menolak ajaran Muhammad, namun tetap mengedepankan akhlak. Bahkan beliau sering terlihat membawa makanan dan menyuapi dengan tangannya sendiri ke mulut masyarakat yang menolak ajarannya.Â
Menjadi sebuah pesan, bahwa berislam bukanlah untuk menzalimi. Kebaikan tidak perlu dipagari hanya untuk kalangan sendiri.Â
Itu juga pernah ditampilkan oleh Umar bin Khattab, sebagai khalifah kedua setelah Abu Bakar.Â
Ada salah satu warga penganut agama Yahudi mendatangi Umar melaporkan bahwa ada salah satu gubernurnya yang memaksa supaya menyerahkan tanahnya--dalam salah satu catatan disebut, tanah itu mau digunakan untuk membangun masjid.
Umar yang acap dilabeli sebagai khalifah yang keras, memilih tidak mentang-mentang bahwa ia adalah penguasa, atau agamanya sedang memiliki pemeluk lebih banyak. Ia tetap melihat warga penganut Yahudi tersebut sebagai warganya, yang harus dilindunginya, dan harus mendapatkan hak setara.
Alhasil, ia hanya memberikan satu tulang kepada warga tersebut. Di tulang ini hanya ada goresan lurus yang dibuat dengan ujung pedangnya. "Berikan tulang ini kepada gubernur itu!"Â
Warga tersebut pun pulang. Ia menyerahkan tulang itu kepada sang gubernur, dan warga ini mendapatkan kembali tanahnya. Gubernur yang berkuasa di daerahnya tidak berani mengusik tanahnya itu lagi.Â
Sebab sang gubernur mendapatkan pesan kuat dari tulang yang digores dengan pedang tadi, bahwa jika ia tidak bersikap lurus dan adil kepada warga tersebut, terlepas berbeda agama, maka Umar sendiri yang akan turun tangan "meluruskan" sang gubernur.Â
Kedua kisah yang acap disampaikan oleh guru-guru keislaman di pesantren hingga khutbah-khutbah Jumat tersebut, menjadi penegas seperti apakah wajah Islam yang ingin dibawa oleh seorang Muhammad. Di sinilah Jokowi terlihat menegaskan sikapnya sebagai seorang muslim. Bahwa keislaman tidak melulu seberapa banyak berbicara tentang Islam, namun cara berpikir dan berperilaku sejauh mana bisa membuktikan sikap lurus sebagai orang Islam.
Mau tak mau di sini mesti dibandingkan dengan lawannya, Prabowo Subianto yang memang hingga kini cenderung terkesan petantang-petenteng sebagai bagian agama mayoritas. Selain itu, jamak diketahui acap berada di kelompok pemeluk agama yang menginginkan mereka harus diprioritaskan melebihi umat agama lainnya.