Dampak dari tuduhan salah satu calon presiden, Prabowo Subianto, terhadap Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) terbilang sangat serius. Sedikit banyaknya, reputasi rumah sakit yang sudah berdiri sejak 19 November 1919 tersebut tercoreng oleh sikap gegabah kontestan Pemilihan Presiden 2019 tersebut.
Apalagi video yang menyerempet nama RSCM tersebut sempat viral, beredar luas, dan menjadi perbincangan publik di berbagai tempat.Â
"Saya dapat laporan, di RSCM ada alat pencuci ginjal, seharusnya itu punya saluran-saluran dari plastik, dari karet, dan tentunya dipakai satu orang satu kali. Saya dengar, ada yang melaporkan kepada saya, di RSCM hari ini (selang untuk satu orang satu kali itu) dipakai untuk 40 orang."
Itulah sederet pernyataan Prabowo yang membuat publik terhenyak, terkaget-kaget, hingga dihantui ketakutan. Takut jika itu adalah sebuah fakta, alangkah tragisnya dunia kesehatan Tanah Air. Pasalnya sebuah rumah sakit yang sudah lahir saat negeri ini masih bernama Hindia Belanda saja bisa melakukan tindakan yang sangat buruk tersebut.
Tampaknya, pihak RSCM sangat menyadari bola salju dari isu yang ditiupkan salah satu capres tersebut.
Tak ayal, lewat berbagai media, pihak rumah sakit ini harus bahu membahu turun tangan memberikan klarifikasi. Mereka berusaha menjernihkan persoalan. RSCM berusaha keras agar isu itu tidak menjadi bola liar yang bisa menghantam nama baik mereka sebagai salah satu rumah sakit, selain juga berisiko semakin merusak citra dunia kedokteran dan pelayanan kesehatan Indonesia.Â
Ada pukulan sangat berat yang diarahkan kepada mereka, meskipun dalam  pertarungan politik Tanah Air, mereka sama sekali tak punya kepentingan apa-apa.
Sebagai rumah sakit, mereka hanya menjalani rutinitas selayaknya rumah sakit (hospital).
Hospital, an institution that is built, staffed, and equipped for the diagnosis of disease; for the treatment, both medical and surgical, of the sick and the injured; and for their housing during this process. Begitu kata Kamus Britannica.Â
Definisi itu cukup menegaskan peranan rumah sakit sebagai lembaga yang lahir untuk mengurus masalah penyakit, dari diagnosis, pengobatan, dan segala sesuatu untuk membantu orang sakit agar bisa pulih kembali. Inilah yang dijalankan RSCM sebagai sebuah rumah sakit.
Lha, kenapa mereka harus menjadi sasaran untuk sebuah pertarungan politik, yang sejatinya mereka sama sekali bukanlah kontestan, bukan pula pengusung calon manapun. Sebab mereka tidak memburu kursi legislatif atau mengejar Istana Kepresidenan.Â
Pekerjaan mereka di rumah sakit hanya seputar menjaga manusia tetap dapat hidup sehat sebagai manusia, dapat bekerja, dapat beraktivitas, tanpa terusik oleh penyakit dan masalah kesehatan. Sayang sekali, pekerjaan mulia mereka tersebut tak dapat membuat mereka bebas dari hantaman pertarungan politik yang memang sedang berada di titik gila-gilaan.Â
Diibaratkan perang, para petarung menyiram peluru ke mana-mana, dan bahkan hingga tidak peduli apakah peluru-peluru yang dilepaskan mengarah kepada lawan mereka saja atau tidak. Terpenting peluru sudah dilepas, semua yang berada di depan sudah jadi sasaran, dan seakan kian banyak korban maka akan semakin baik. Bukan lagi sekadar seberapa banyak lawan yang sudah dilumpuhkan.
Inilah yang menimpa RSCM.
Kebetulan "satu peluru" sudah mengenai wajah mereka sendiri. Wajah-wajah yang selama ini hanya menatap para pasien yang membutuhkan pertolongan. Wajah-wajah yang hampir 100 tahun hanya menangani orang sakit dan tidak berdaya, agar bisa kembali pulih dan bertenaga.Â
Ya, Supaya negara yang sering dilabeli sebagai bagian "Dunia Ketiga" karena keterbelakangan di masa lalu, bisa berdiri di depan dengan tegak dan kuat, sehat, hingga bisa berlari di depan negara-negara dan bangsa dari berbagai belahan dunia. Itulah peranan utama yang dilakukan RSCM sebagai umumnya rumah sakit yang ada di seluruh dunia.Â
Ada masalah wajah institusi yang harus diselamatkan. Inilah yang sangat diperhatikan oleh RSCM. Alhasil, mereka tidak lagi sekadar mengandalkan bagian Humas atau juru bicara biasa saja.Â
Bahkan sekelas direktur utama rumah sakit inipun harus turun tangan untuk menjernihkan bahwa mereka tidaklah melakukan seperti dituduhkan oleh capres tersebut. Mereka harus menyampaikan kembali bahwa mereka selama ini tetap berpegang kepada prosedur sebagaimana mestinya.
Direktur Utama RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dr. Lies Dina Liastuti langsung angkat bicara. RSCM, kata dia, selalu menjaga mutu pelayanan dan keselamatan pasien, begitu pula dengan pelayanan cuci darah. "Pelayanan hemodialisis (cuci darah) di RSCM menggunakan selang dan dialiser satu kali pakai," kata Dirut RSCM tersebut, bersusah payah mengabarkan kepada berbagai media.
Apalagi, ini bersentuhan langsung dengan salah satu masalah kesehatan sangat serius, pasien yang punya kebutuhan untuk cuci darah. Tidak terbayang bagaimana para pasien tersebut terusik dengan pernyataan seorang calon presiden.Â
Sedangkan para pasien itu sendiri, selama ini, dapat dipastikan harus bergelut dengan penyakit yang sama sekali tidak ada jaminan bisa berumur panjang atau tidak. Mereka berhadapan dengan kematian yang dapat terjadi kapan saja.
Namun di tengah beban para pasien itu, jangankan mereka yang memang membutuhkan cuci darah rutin, butuh dokter terpercaya, dan rumah sakit yang bisa dipercaya, harus mendengar ada rumah sakit sekelas RSCM menggunakan selang cuci darah yang tidak terjamin.Â
Bisakah dibayangkan bagaimana beban para pasien ini? Sulit. Siapa yang paling bisa merasakan ini adalah para pasien itu sendiri, selain juga pihak rumah sakit sendiri yang selama ini melihat langsung bagaimana genting dan beratnya masalah dialami para pasien, dan mereka punya tanggung jawab untuk meringankan beban mereka.Â
Namun dalam beratnya tanggung jawab tersebut, salah satu calon presiden yang notabene memiliki kemungkinan dapat saja menjadi pemimpin negeri ini, tidak menggubris efek dari sebuah pernyataan yang menyasar langsung banyak telinga, banyak mata, dan tentu saja banyak media yang merekam pernyataannya.Â
Tidak mudah menghapus sesuatu yang sudah dilempar ke publik. Inilah yang membuat beban pihak RSCM akan sangat berat, agar di tengah kesibukan mereka bekerja memulihkan ribuan orang sakit, harus juga bekerja memulihkan nama mereka sendiri.
Sedangkan kalangan pendukung calon presiden itu sendiri, alih-alih memiliki empati terhadap beban pihak rumah sakit ini, tetap saja hanya mau peduli pada citra sosok yang mereka jagokan untuk memimpin negeri sebesar Indonesia.Â
Lihat saja bagaimana pernyataan salah satu elite Partai Gerindra Fadli Zon, yang mencari segala dalih hanya untuk menyelamatkan wajah calon presiden yang disembahnya. Ia menyatakan, melansir CNNIndonesia, bahwa soal selang cuci darah RSCM yang dipakai RSCM untuk 40 orang, sebagai kekeliruan informasi atau pemberi informasi saja.
Menurut Fadli Zon, Prabowo hanya menyampaikan kembali informasi dari masyarakat terkait hal tersebut. Ringkasnya, tidak ada yang keliru dengan Prabowo. Yang keliru hanya laporan dari masyarakat yang menyampaikan informasi kepada calon presiden tersebut.
"Saya kira tidak ada maksud-maksud lain kecuali menyampaikan apa yang menjadi masukan, laporan dari masyarakat, yang mungkin mereka bisa saja kurang tepat informasi atau masukan dari mana," kata Fadli, Jumat (4/1).
Cukup terlihat bagaimana sederhana masalah nama baik RSCM sebagai rumah sakit di mata elite Partai Gerindra tersebut. Terkesan tidak ada persoalan serius di balik fenomena tersebut. Dari pernyataannya hanya mengental kesan, terpenting adalah menyelamatkan wajah calon presiden yang dibelanya.Â
Cukup menggambarkan bagaimana rendahnya mentalitas elite oposisi di negeri ini. Hanya menegaskan ketidakpedulian mereka kecuali hanya peduli kepada diri sendiri dan  kalangan sendiri.Â
Lalu, kembali kepada kita sebagai rakyat, apakah negeri sebesar ini mau dipercayakan dan diserahkan kepada orang-orang bermental rendah begitu? Boleh, jika sepakat untuk membawa Indonesia ke tempat-tempat terendah karena memberikan kepercayaan besar kepada anak-anak manusia yang terbuka memilih bersikap rendahan!***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI