Lha, kenapa mereka harus menjadi sasaran untuk sebuah pertarungan politik, yang sejatinya mereka sama sekali bukanlah kontestan, bukan pula pengusung calon manapun. Sebab mereka tidak memburu kursi legislatif atau mengejar Istana Kepresidenan.Â
Pekerjaan mereka di rumah sakit hanya seputar menjaga manusia tetap dapat hidup sehat sebagai manusia, dapat bekerja, dapat beraktivitas, tanpa terusik oleh penyakit dan masalah kesehatan. Sayang sekali, pekerjaan mulia mereka tersebut tak dapat membuat mereka bebas dari hantaman pertarungan politik yang memang sedang berada di titik gila-gilaan.Â
Diibaratkan perang, para petarung menyiram peluru ke mana-mana, dan bahkan hingga tidak peduli apakah peluru-peluru yang dilepaskan mengarah kepada lawan mereka saja atau tidak. Terpenting peluru sudah dilepas, semua yang berada di depan sudah jadi sasaran, dan seakan kian banyak korban maka akan semakin baik. Bukan lagi sekadar seberapa banyak lawan yang sudah dilumpuhkan.
Inilah yang menimpa RSCM.
Kebetulan "satu peluru" sudah mengenai wajah mereka sendiri. Wajah-wajah yang selama ini hanya menatap para pasien yang membutuhkan pertolongan. Wajah-wajah yang hampir 100 tahun hanya menangani orang sakit dan tidak berdaya, agar bisa kembali pulih dan bertenaga.Â
Ya, Supaya negara yang sering dilabeli sebagai bagian "Dunia Ketiga" karena keterbelakangan di masa lalu, bisa berdiri di depan dengan tegak dan kuat, sehat, hingga bisa berlari di depan negara-negara dan bangsa dari berbagai belahan dunia. Itulah peranan utama yang dilakukan RSCM sebagai umumnya rumah sakit yang ada di seluruh dunia.Â
Ada masalah wajah institusi yang harus diselamatkan. Inilah yang sangat diperhatikan oleh RSCM. Alhasil, mereka tidak lagi sekadar mengandalkan bagian Humas atau juru bicara biasa saja.Â
Bahkan sekelas direktur utama rumah sakit inipun harus turun tangan untuk menjernihkan bahwa mereka tidaklah melakukan seperti dituduhkan oleh capres tersebut. Mereka harus menyampaikan kembali bahwa mereka selama ini tetap berpegang kepada prosedur sebagaimana mestinya.
Direktur Utama RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dr. Lies Dina Liastuti langsung angkat bicara. RSCM, kata dia, selalu menjaga mutu pelayanan dan keselamatan pasien, begitu pula dengan pelayanan cuci darah. "Pelayanan hemodialisis (cuci darah) di RSCM menggunakan selang dan dialiser satu kali pakai," kata Dirut RSCM tersebut, bersusah payah mengabarkan kepada berbagai media.
Apalagi, ini bersentuhan langsung dengan salah satu masalah kesehatan sangat serius, pasien yang punya kebutuhan untuk cuci darah. Tidak terbayang bagaimana para pasien tersebut terusik dengan pernyataan seorang calon presiden.Â
Sedangkan para pasien itu sendiri, selama ini, dapat dipastikan harus bergelut dengan penyakit yang sama sekali tidak ada jaminan bisa berumur panjang atau tidak. Mereka berhadapan dengan kematian yang dapat terjadi kapan saja.