Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Lima Alarm Bahaya di Pilkada DKI

14 Maret 2017   04:23 Diperbarui: 14 Maret 2017   04:29 1553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu sisi itu dapat dipahami, agar tak terjadi bentrokan yang berujung sia-sia. Tapi membiarkan pelecehan kepada konstitusi itu sendiri justru berakibat tak kalah fatal; akan terjadi kesewenang-wenangan satu kelompok atas kelompok lainnya. Terlebih pelecehan itu sendiri ibarat menjalarnya api, belum tentu kekuatan tangan yang bja memadamkannya akan lebih cepat dengan kemampuan api memberangus segalanya--ketika ia lama terbiarkan tak terkendali

3. Isu SARA

Meski ada larangan yang tertulis dalam Undang-Undang bahwa hal-hal berbau SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan) tak boleh diusik, namun ini juga yang paling menonjol di Pilkada DKI. Terutama kalangan pemeluk agama yang dikategorikan minoritas berdasarkan jumlah penganutnya, acap menjadi sasaran penzaliman oknum-oknum yang merasa paling mewakili kalangan mayoritas.

Ada "ketakutan kolektif" yang dibangun dan dijadikan senjata propaganda bahwa jika penganut agama minoritas mendapatkan panggung, maka mereka akan menzalimi mayoritas. Sudut pandang absurd ini bahkan dijadikan bahan diskusi di depan umum, termasuk di rumah-rumah ibadah.

Salah satu pihak paling getol memainkan isu ini adalah partai politik yang memiliki afiliasi dengan gerakan keagamaan transnasional dan punya kekuatan politik di legislatif.

Lewat kekuatan kader, mereka acap melakukan "brainwash" lewat media sosial, dan menyebarkan perspektif beraroma fasis; meletakkan satu penganut agama jauh di atas pemeluk agama lainnya. 

Selain itu, mereka pun acap menyebar propaganda bahwa pemeluk agama di luar mereka adalah ancaman atas eksistensi mereka dan ini cukup ampuh membawa pengaruh terutama ke kalangan akar rumput.

4. Teror

Ada organisasi massa yang terlibat dalam kasus ini. Kemampuan mereka dalam memobilisasi massa lewat propaganda sentimen keagamaan, mampu menciptakan teror terhebat yang pernah terjadi di Indonesia.

Di masa lalu, teror gerakan separatis berbalut keagamaan seperti DI/TII mudah ditumpas karena mereka secara terbuka menyatakan perang lawan pemerintah. Sementara gerakan ormas ini terbilang canggih, karena meneror tanpa senjata kecuali memainkan propaganda dan agitasi. Jika melawan, perusahaan roti dan perusahaan herbal pun menjadi sasaran mereka lewat kekuatan pemboikotan.

Lagi-lagi pemerintah terlihat terlalu hati-hati berhadapan dengan kelompok tersebut, dan membiarkan aspirasi mereka mengalir, dan hanya menangkal bagaimana agar mereka tak mengarah ke sikap anarki yang diterjemahkan sebagai kekerasan bersifat fisik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun