Mohon tunggu...
George Soedarsono Esthu
George Soedarsono Esthu Mohon Tunggu... profesional -

Menembus Batas Keunggulan Pioneer, Problem Solver, Inspirator To Live, To Love, To Serve Mengolah Kata-Mengasah Nurani-Mencerdaskan Hati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Estetika dari Timur

13 April 2016   12:24 Diperbarui: 13 April 2016   12:49 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3)      Sumping Kastuba Jati atau Sumping Pudhak Sinumpet. Adalah sumping yang dikenakan Werkudara di telinganya. Bentuknya seperti gajah yang sedang berguling, dihiasi bunga pudhak bermarna putih dan harum baunya. Jadi Werkudara dalah makhluk yang memiliki hati yang suci lahir batin seputih bunga pudhak. Bunga pudhak yang disumpet menghadap ke bawah, bermakna bahwa Werkudara memiliki pengetahuan kehidupan yang dalam dan seluas samudera, tetapi tidak pernah untuk menyombongkan diri. Disimpan untuk diri pribadinya. Dirahasiakan rapat-rapat, dan berpura-pura bodoh. Ia sudah bisa memenjarakan hawa nafsunya sehingga tidak terombang-ambing oleh keadaan dan lingkungannya.

4)      Anting-anting Panunggal Sotya Maniking Warih. Berbentuk anting-anting sebagai perlambang bahwa Sang Werkudara memiliki kebijaksanaan kare ia sudah tahu segala sesuatu meskipun belum diajari. Oleh karenanya ia tidak khawatir terhadap segala seuatu yang akan terjadi. Sang Werkudara sudah mencapai pencerahan dan tidak lagi tergiur oleh keinginan duniawi.

5)      Sangsangan atau Kalung Nagabanda. Kalung berbentuk naga ini sebagai keadaan bahwa Werkudara  memiliki kekuatan seperti naga. Jika ia berperang, ia pantang kalah, kecuali mati. Dengan demikian, ia tidak takut terhadap siapapun juga marabahaya sebesar apapun.

6)      Kelat Bahu Balebar Manggis kang Binelah Sakkendhagane. Gelang yang dikenakan di lengannya ini seperti buah manggis yang dibelah sehingga tampak isi di dalamnya. Sang Werkudara selalu teguh didalam janji, berhati suci lahir dan batinnya, seperti putihnya buah manggis, jujur luar dalam, berhati emas.

7)      Gelang Candrakirana. Werkudara memiliki ilmu yang cemerlang seperti cahaya bulan purnama. Ini melambangkan perasaan Sang Werkudara yang mampu menjadi suluh penerang di dalam gelap gulita. Mengajak seluruh makhluk untuk menyembah kepada Sang Pencipta dalam kepasrahan dan cinta.

8)      Sabuk Cindhe Wilis Kembar. Ikat pinggang berwarna hijau yang dipakai Werkudara melambangkan bahwa ia telah memiliki tekad kuat untuk melepaskan hubungan keterikatan dengan keduniawian. Ia memegang teguh kebenaran tetapi tidak menolak kritik, sebab sejatinya kritik itu mnerupakan jalan untuk menyempurnakan ilmunya.

 

KAIN POLENG SEBAGAI AGEMAN PENGHAYATAN HIDUP

Hidup  yang tidak pernah dipertanyakan – tidak layak dijalani. (Socrates 350 SM)

Banyak manusia telah menginvestasikan motivasinya secara besar-besaran tanpa tahu apa tujuan hidupnya. Akibatnya, bukan kebahagiaan yang ditemui tetapi justru tekanan nhidup yang semakin mengerikan. Jika ada keberhasilan yang sangat besar, ia bukan keberhasilan yang membuat kebahagiaan, tetapi membuat hidup tak bermakna, hidupnya selalu melompat dari krisis kebahagiaan ke krisis kebahagian yang selanjutnya. Maka manusia perlu memiliki ageman yang bisa dijadikan panduan dalam hidup, seperti yang dipakai oleh Sang Werkudara, yakni kain atau dodot poleng. Jika kain poleng yang mempunyai warna empat: yaitu hitam, merah, kuning, dan putih, maka dalam perwujudan kain batik menjadi hanya berwarna 2, yakni hitam dan putih, atau coklat tua dan putih. Ini sebuah perlambang bahwa kain batik sebagai kitab kehidupan berusaha menyederhanakan perwujudan agar mudah dipahami oleh sang pemakainya.

Warna hitam melambangkan bahwa sang pemakai harus memiliki kesadaran: untuk apa menjalani hidup di dunia -  dan dengan cara bagaimana. Secara religiusitas, manusia mestinya memiliki pedoman hidup yang sederhana tetapi mencakup keseluruhan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun