Selanjutnya anak-anak juga bisa menjadi penerima efek dari trauma antargenerasi. Seperti yang kita tahu, orang tua dan keluarga merupakan agen sosialisasi pertama atau primer bagi anak. Anak-anak akan meniru perilaku orang tua mereka.Â
Cara mereka menjalin hubungan dengan orang lain juga akan dipengaruhi oleh apa yang mereka lihat dan rasakan dalam hubungan mereka dengan orang tua. Itulah mengapa, ikatan trauma pada orang tua dapat berimbas langsung pada anak.Â
Pengaruhnya dapat dilihat  pada  masa  dewasa. Anak yang diasuh dalam ikatan trauma akan memperlihatkan ketidakmampuannya untuk  mengembangkan  kemampuan coping yang efektif.Â
Kebanyakan  anak-anak  ini akan  menjadi  orang orang  dewasa  yang  rentan  terhadap  penyakit mental, tindakan kekerasan,  dan menunjukkan gejala-gejala lain nya,  hingga  akhirnya  mereka melakukan hal yang sama kepada anak mereka [7].Â
Dari sini, kita bisa mengetahui apakah ada keterlibatan trauma antargenerasi di dalam keluarga kita dengan memperhatikan ciri-cirinya, yaitu:
Sebuah keluarga tampak mati rasa secara emosional atau memiliki keraguan yang kuat untuk mendiskusikan perasaan satu sama lain;
Sebuah keluarga mungkin melihat diskusi tentang perasaan atau memperlihatkan kerentanan diri sebagai tanda kelemahan;
Orang tua dalam keluarga memiliki masalah kepercayaan dengan "orang luar" dan punya kecenderungan terus-menerus berkonflik;
Orang tua sering tampak cemas dan terlalu protektif terhadap anak-anak atau anggota keluarga mereka, bahkan ketika tidak ada ancaman bahaya;
Sebuah keluarga memiliki batas-batas hubungan yang tidak sehat dan keluarga secara tidak sadar mempelajari perilaku bertahan hidup yang tidak sehat. [8]Â
Gunting Pemutus Ikatan Trauma ada di Tangan Kita