Contoh dekat yang bisa kita ambil misalnya, nenek dan kakek kita tentu saja pernah melewati masa-masa sulit dan peristiwa-peristiwa traumatis seperti perang dunia ke-2, krisis keuangan, peristiwa PKI, era dengan demokrasi yang lemah, dan sebagainya. Contoh lainnya, seseorang pernah mengalami peristiwa personal yang bersifat traumatis seperti mengalami pelecehan, kekerasan, atau penelantaran.Â
Besar kemungkinannya bahwa peristiwa-peristiwa ini menimbulkan gejala-gejala permasalahan kesehatan mental, seperti post-traumatic stress disorder (PTSD), depresi, gangguan kecemasan, dsb. Â
Nantinya, peristiwa-peristiwa ini akan berpengaruh pada pembentukan pola perilaku yang merespons trauma-trauma tersebut. Dampaknya akan tecermin pada pola pengasuhan relasional orang tua-anak.Â
Pola pengasuhan yang terikat oleh trauma inilah yang bisa menimbulkan efek jangka panjang pada perkembangan anak yang diasuh. Segala tindakan yang didasar pada respon trauma sebelumnya dan akan terus menurun ke generasi-generasi berikutnya.
Efek Trauma Antargenerasi
Orang tua dapat menularkan kerentanan genetik bawaan yang dipicu oleh pengalaman traumatis mereka sendiri atau melalui gaya pengasuhan yang terikat oleh trauma orang tua mereka.Â
Para penyintas trauma menghadapi banyak tantangan saat mereka menjadi orang tua, termasuk kesulitan menjalin ikatan dan menciptakan keterikatan emosional yang sehat dengan anak-anak mereka.Â
Yael Danieli, seorang psikolog klinis, mengategorikan empat cara adaptasi pada keluarga yang terikat trauma berdasarkan kondisi para penyintas dengan traumanya: mereka yang seakan menjadi mati rasa, mereka yang menjadi korban, mereka yang sedang berjuang, dan mereka yang berhasil pulih dari traumanya.Â
Para penyintas yang mati rasa akan memiliki toleransi yang sangat rendah terhadap apa pun dan akan sedikit keterlibatan nya dalam membesarkan anak-anak mereka. Penyintas yang memposisikan dirinya sebagai korban akan selalu merasa takut, sulit menumbuhkan kepercayaan, dan rentan mengalami depresi.Â
Mereka yang sedang berjuang akan berfokus memulihkan dirinya dari trauma dengan membentuk tameng yang membuat mereka intoleran terhadap kelemahan dan rasa kasihan.Â
Terakhir, Â mereka yang berhasil pulih akan berusaha untuk meraih kesuksesan dalam aspek sosial-ekonomi dan akan cenderung menjauhi segala sesuatu yang berkaitan dengan trauma masa lalunya.