Mahasiswa mahasiswi dari perguruan tinggi swasta telah kembali ke posko, setelah mereka mengadakan pertemuan guna mengenalkan kampus sekaligus penjelasan Program Kerja pada pihak desa.
Kini di teras yang berlapis karpet itu, mereka sedang duduk melingkar. Bima selaku ketua KKN menyodorkan selembar kertas. Di mana kertas itu merupakan pembagian proker selama mengabdi di desa ini, Desa Mawar.
" Ada yang belum paham?" tanya Bima menatap teman temannya yang sedang fokus dengan lembaran kertas yang dipegang.
" Gue Bim. Kenapa yang ngoding gue aja, padahal di sini ada tiga mahasiswa ilkom."
Bima mengulum senyum. Bima menepuk bahu Bayu lalu berkata, " Gue percaya kalau lo bisa selesain proker berat ini. Lo ahli ngoding bro, terus nanti yang survey buat dimasukin ke website, gue kerahkan yang lain. " saran Bima
Bima tidak meragukan lagi keahlian temannya ini dalam dunia koding. Bima mengenal Bayu di semester tiga dan dia sendiri bukan dari program studi ilmu computer.
" Gimana lo mau gak?" tanya Bima kala menatap BayuÂ
" Gue butuh partner kali ini. Apalagi ini project berat yang nantinya bakal digunain desa." kata Bayu
"Apalagi ini permintaan langsung dari Kepdes kan?" lanjut Bayu
"Tunjuk siapa ?" sahut Rafael, wakil KKN dari prodi pendidikan bahasa Inggris
"Gue butuh Ayu buat bikin rancangan websitenya"
"Hah? kenapa gue?" Ayu yang sedang fokus men-cat kuku nya langsung mendelik dengan wajah syok " Imajinasi lo kuat yu, bantu gue bikin designnya. " imbuh Bayu
"Imajinasi bagaimana Bay!" kata AyuÂ
"Gue setuju sama Bayu" sahut Bima disusul dengan seruan dari teman lainnya.
Ayu terdiam sejenak, menimbang nimbang ajakan Bayu. "Gak mau ah, lo ketus ke gue" tolak Ayu tampak trauma
"Terima aja Yu, selama kita KKN di sini turunin ego masing masing. Kita satu tim" bujuk Rina di samping Ayu
"Yoi, ucapan Rina bener"
Ayu menghela napas berat, hingga tidak lama Ayu pun mengangguk setuju. " Baiklah gue mau, tapi lo gak boleh banyak omong kalau salah desain. Gue gak mau ya lo kayak dulu-" cerocos Ayu sambil tangannya menunjuk ke arah Bayu.
Bayu mengangguk, " Iya gadis bawel"
"Yaudah Paket, gue setuju" jawabnya terpaksa
"Paket?" Mereka mengangkat alisnya sebelah
" Paket alias pak ketua" kekeh Ayu
Mereka menertawakan kekonyolan Ayu, gadis ceria dan pintar di kelasnya. Kepintarannya sebelas dua belas dengan Bayu.
"Paket, kalau Bayu bikin gue geram gue mau pindah proker" ancam Ayu.
Ayu sedikit berat saat harus disatukan dengan Bayu. Teman yang selalu marah marah saat temannya salah. "Iye Yu tenang aja. " kata Bima
"Jadi pembuatan website udah ada yang nampung dan masalah survey kita ambil jadwal yang kosong."
Bima menjelaskan kembali program kerja secara runtut. Dia sengaja melakukannya agar tim nya tidak merasa iri hati dan sanggup menjalankan program kerja dengan baik dan lancar. Diskusi pun berakhir di menit 30 dan ditutup dengan makan bersama.
***
Pagi ini mahasiswa mahasiswi sedang melaksanakan program kerja mereka di masing masing tempat. Ada yang pergi berkunjung sekolah di tiga tingkatan,  ada pula yang sedang membaur dengan warga setempat.  Mereka menikmatinya dengan riang gembira, namun tidak dengan Bayu dan Ayu. Mereka yang dipasangkan menjadi partner itu sedang berdebat karena masalah layout yang tidak sesuai minat Bayu. " Gue gak mau ya, layout nya kayak gini. Ganti ganti"
Ayu berdecih sambil menghentakkan mouse yang dia genggam. " Gue mau ke Bima aja ganti proker." Ayu beranjak namun lengannya di tahan
"Jangan suka ngadu jadi orang. Udah sini, gue jelasin lagi"
Ayu memberenggut tapi tidak beranjak. "Yang bikin wesbite gue, jadi gue gak mau nanti gak dinamis saat digunain perangkat desa. Lo mau kampus kita digosipin karena gak pinter bikin website?"
Ayu melengos, " Yaudah, cepetan!"
Bayu menggeleng kepala melihat Ayu yang membuang muka padanya. Bayu menggeser laptop yang semula di depan Ayu, kemudian dengan tangan lihainya, Bayu membuat design web sambil mengajari Ayu tentang masalah kesatuan komposisi
Ayu yang semula menggerutu kini mau mendengar penjelasan Bayu. Ayu akui bila Bayu pandai di kelasnya, bahkan Bayu kini telah bekerja di sebuah perusahaan developer. Dari sudut pandang Ayu, Bayu tipe lelaki keren yang tidak pelit ilmu namun menyebalkan bila sedang diajak berbicara.
Hingga tidak lama Ayu sibuk membuat perancangan sementara Bayu sibuk memandangi Ayu. " Cantik" gumamnya
" Makasih, gue sejak dulu cantik" sahut Ayu namun enggan menoleh
Bayu berdeham karena salah tingkah.Lantas, Bayu duduk tegap dan kembali fokus dengan laptop di depannya.
***
Malam hari, Bayu dan lainnya berkumpul di posko perempuan. Mereka sedang melakukan evaluasi program kerja di hari pertama. " Gimana di gubuk baca? ada kekurangan apa di sana?" tanya Bima
Rafael yang menjadi ketua di proker itu merogoh ponselnya. Dia sebelumnya mencatat kala sedang melakukan wawancara pada pemilik tempat itu.
" Masalah tempat udah kondusif tinggal peletakkan tempat aja yang kurang nyambung. Menarik mundur, dua tahun sebelumnya, adik adik dateng ke sana namun setelah itu gubuk baca udah asing bagi mereka. Gue dan tim gue udah mikir biar tempat itu kembali beroperasi" beber Rafael melaporkan
Bima dan lainnya mengangguk mengerti. " Terus gimana yang tadi survey ke tempat pembuatan kopi?"
" Gue ketemu cewek cantik" ujar Fikri
Rafael melotot tajam lalu melayangkan sebuah pukulan lengan. " Dasar gatel" sindirnya
" Sakit Raf" rengek Fikri
"Nih" Fikri menyodorkan buku padanya.
Rafael menerima lalu membaca dengan lirih. " Tuh, gue udah selesain. Puas lo?"
"Dih, jadi cowok ngambekan" sindir Ayu
"Udah udah diem dulu. Serius bentar " tegur Bima
Tok! tok!
Suara pintu yang terbuka terketuk. Mereka yang ada di dalam serentak menoleh. Bima yang mengenalinya lekas berdiri, sementara Ayu dan teman lainnya tergangga melihat lelaki bak pangeran dongeng. Ayu, gadis itu mengedipkan matanya dengan gerakan slow motion menatap lelaki bername -tag Aan
Ayu terkesima dengan ketampanan  Aan. Hidung mancung, bulu mata lentik, lesung pipi, dagu belah dua, jangan lupakan satu yakni dia memiliki postur tubuh tinggi.
Oh jadi ini cowok yang kemarin kata dosen ikut KKN di sini. Ah tampan sekali gumamnya dalam hati.
" Maaf, tadi maps nyasarin gue ke alas" katanya sambil menenteng dua paperbag berukuran sedang
Bima dan lainnya terkekeh, " Lo aja yang ngulur waktu. Kenalin gue Bima" Bima mengulurkan tangan yang disambut oleh Aan
"Gue Aan" Aan masuk lalu menyalami satu persatu. Sedangkan mereka yang tersekat dengan temannya sendiri hanya bisa unjuk jari karena tidak bisa bersalaman dengan mahasiswa tampan ini.
BUGH!
Ayu tersadar dalam lamunan kala Rina menyenggol lengannya. Ayu terdongak, ternyata Aan sedang mengulurkan tangan padanya.
" Gue Aan"
"Gu-gue Ayu" Mendadak jantungnya berdebar kencang, tangannya berkeringat kala tangan mungilnya menyentuh tangan kekar Aan.
"Udah lepasin" bisik Rina
Ayu lantas melepaskan jabat tangan mereka, dia berdeham menghilangkan rasa gugupnya.
"Kemarin yang udah gue kasih kertas ada nama Aan kan? dia masuk proker apa ya?" tanya Bima yang memang lupa
" Masuk di gubuk baca tapi fokus ke analisis, nanti di sana dibikin jurnal" sahut Rafael yang dianggukan oleh Aan.
Tanpa ada rasa gugup sedikitpun, Aan ikut bergabung pada diskusi kali ini. Tidak lupa mahasiswa berasal dari Blitar ini memberikan paper bag sebelumnya pada Bima. " oleh oleh Oleh oleh, makan gih"
" Lo nyogok kita ye?" celetuk Rafael
Aan mengangguk samar, " Iya, biar gak dihukum sama ketua" kekehnya hingga mereka kompak tertawa bersama.
***
Hampir 16 hari Ayu dan kawan kawannya mengabdi di desa Mawar. Perjalanan yang cukup menguras tenaga, apalagi satu persatu dari mereka sakit karena belum beradaptasi dengan lingkungan yang setiap hari memiliki udara dingin. Meski begitu, mereka harus bisa menjalani seperti sedia kala.
Selayaknya pagi ini Ayu, Bayu, dan Aan tengah berjalan melewati kerikil dan jalan sempit menuju pada suatu tempat bernama coban (Air terjun). Mereka hendak mencari informasi mengenai tempat tersebut bersama dengan pamong di sana.
Kini mereka sedang menyebrang untuk sampai di dekat air terjun. Jembatan untuk menyebrang sedikit membuat Ayu takut. Sesekali dia terpejam karena takut jatuh.
"Huft, gue gak mau jatuh" gumamnya
Aan yang mendengar itu lantas menarik tangan Ayu lalu jemari mereka saling bertaut. Ayu mendelik seketika. Ayu mengira tangan yang mengenggamnya milik Bayu, namun ketika dia menoleh wajahnya memerah seketika. A-An?"
"Tetaplah genggam tangan gue, biar lo gak takut " ujar Aan
Andai saja bukan di jembatan, mungkin Ayu akan melonjat karena bahagia. "Makasih" Senyuman Ayu mengembang sambil melirik tangannya yang digenggam erat Aan.
Sedangkan, Bayu yang berada di belakang mereka membuang napas kasar. Percikan cemburu kian ditampakkan. Sejak lama Bayu menyukai Ayu, namun Bayu tidak berani mengungkapkan perasaannya.Â
Sesampainya, Ayu telah menyiapkan buku dan bolpoin untuk mencatat setiap pertanyaan, Aan bertugas mengambil gambar setiap sudut coban ini sedangkan Bayu ikut mendampingi Ayu.
Berbagai pertanyaan telah dilontarkan Ayu. Mulai dari asal usul coban, kapan ditemukan, hingga alasan desa ini yang disebut sebagai desa wisata. Selanjutnya Ayu dan lainnya kembali.
Di perjalanan pulang, Ayu sengaja lebih lamban melangkah. Membiarkan Aan berjalan terlebih dahulu. Ayu mencuri satu foto saat Aan menoleh ke Bayu.
"Ganteng banget" gumamnya
Namun langkahnya terhenti kala Aan menerima sebuah telfon dari seseorang. Hal yang membuatnya tertegun saat Aan memanggil seseorang dari sebrang sana dengan panggilan "sayang"
Mungkinkah Aan telah memiliki kekasih?
Ayu pun melangkah lebar, mensejajarkan langkahnya dengan langkah mereka. Ayu melirik sekilas Aan yang tersenyum dan sekali lagi telinganya panas mendengar kosakata sayang itu.
"Siapa yang telfon  bro? " Tanya Bayu
Aan menoleh, " Istri gue"
"HAH?" itu bukan Bayu melainkan Ayu yang tergangga dengan wajah syok.
" Hah? kenapa lo Yu?" celetuk Bayu
" Kenapa Yu? gue emang udah punya istri. Namanya Bella. Se-prodi sama gue" beber Aan santai.
Mata Ayu melebar, dadanya terasa sesak. " Lo udah nikah?" tanya Ayu mengulangi
Aan mengangguk, " Yoi. Gue udah nikah setahun ini. Sekarang Bella lagi hamil" Makin galau Ayu mendengarnya. Miris sekali kisah cinta Ayu.
"Udah jangan galau" bisik Bayu saat Aan lebih dulu pergi bersama pamong desa
"Kapan KKN ini selesai?"
"Sabar, tinggal dua minggu"
Ayu menghentakkan kakinya kesal, wajahnya murung . " Kenapa lama banget sih" gerutunya
Bayu terkekeh lalu menarik tangan Ayu untuk berhenti. Bayu tarik bahu Ayu hingga mereka saling berhadap hadapan. " Lo cinta sama Aan?"
Ayu menggeleng, " Udah jujur aja deh. Kalau lo cinta Aan, segera hapus cinta lo itu. Dia udah punya orang"
Ayu memukul dada Bayu berkali kali. Melampiaskan rasa galau dan kecewanya.
" Lo kira gue jadi pelakor gitu? gue udah ikhlas kok" alibinya
"Yaudah jangan galak galak amat jadi cewek. Dari pada galau mending kita selesain kodingan yang butuh kepastian itu" celetuk Bayu sambil menggengam tangan Ayu. Ayu pasrah, dia sudah teramat sangat galau.
Ayu menghela napas panjang, sesak rasanya saat baru jatuh cinta sudah dijatuhkan karena fakta yang diterima. Â Apa ini yang namanya kenalan ketemu ngilang?
Ingin sekali Ayu mengulang waktu, agar perasaan kagum yang beralih menjadi cinta itu tidak pernah dia rasakan.
Tuhan, sesakit ini rasanya mencintai... Mencintai sendiri tanpa ada pembalasan rasa yang sama. Lalu apakah mungkin Ayu kembali bertemu sesosok lelaki yang mencintainya dengan tulus? yang kelak akan menjadi cinta sejatinya? Â Dan apakah Bayu akan terus menerus menyembunyikan perasaannya itu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H