" Lo nyogok kita ye?" celetuk Rafael
Aan mengangguk samar, " Iya, biar gak dihukum sama ketua" kekehnya hingga mereka kompak tertawa bersama.
***
Hampir 16 hari Ayu dan kawan kawannya mengabdi di desa Mawar. Perjalanan yang cukup menguras tenaga, apalagi satu persatu dari mereka sakit karena belum beradaptasi dengan lingkungan yang setiap hari memiliki udara dingin. Meski begitu, mereka harus bisa menjalani seperti sedia kala.
Selayaknya pagi ini Ayu, Bayu, dan Aan tengah berjalan melewati kerikil dan jalan sempit menuju pada suatu tempat bernama coban (Air terjun). Mereka hendak mencari informasi mengenai tempat tersebut bersama dengan pamong di sana.
Kini mereka sedang menyebrang untuk sampai di dekat air terjun. Jembatan untuk menyebrang sedikit membuat Ayu takut. Sesekali dia terpejam karena takut jatuh.
"Huft, gue gak mau jatuh" gumamnya
Aan yang mendengar itu lantas menarik tangan Ayu lalu jemari mereka saling bertaut. Ayu mendelik seketika. Ayu mengira tangan yang mengenggamnya milik Bayu, namun ketika dia menoleh wajahnya memerah seketika. A-An?"
"Tetaplah genggam tangan gue, biar lo gak takut " ujar Aan
Andai saja bukan di jembatan, mungkin Ayu akan melonjat karena bahagia. "Makasih" Senyuman Ayu mengembang sambil melirik tangannya yang digenggam erat Aan.
Sedangkan, Bayu yang berada di belakang mereka membuang napas kasar. Percikan cemburu kian ditampakkan. Sejak lama Bayu menyukai Ayu, namun Bayu tidak berani mengungkapkan perasaannya.Â