Mohon tunggu...
Nurman Samehuni Gea
Nurman Samehuni Gea Mohon Tunggu... Jurnalis - Sebagai Mahasiswa di universitas Nias dan penulis blog

Hobi : Menulis, Membaca, Bersepeda, berlari

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Krisis Eksistensial dan Eksplorasi Identitas: Bagaimana Filsafat Membentuk Perspektif Mahasiswa

4 Agustus 2023   02:29 Diperbarui: 4 Agustus 2023   03:09 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kehidupan mahasiswa adalah periode penting yang penuh dengan tantangan, pertumbuhan, dan eksplorasi. Di tengah perjalanan akademis dan sosial mereka, banyak mahasiswa menghadapi momen kritis yang mendasari, yang sering kali menguji keyakinan, nilai, dan tujuan hidup mereka. Dua aspek utama yang sering muncul dalam perjalanan ini adalah krisis eksistensial dan eksplorasi identitas.

Krisis eksistensial mengacu pada momen di mana seseorang merasa terjebak dalam pertanyaan mendasar tentang arti hidup, makna eksistensi, dan tujuan hidup mereka. 

Seringkali, saat pergulatan mencari identitas diri yang sejati, mereka merasa kebingungan dan gelisah, mencari landasan yang kokoh untuk memahami siapa mereka sebenarnya.

Di sisi lain, eksplorasi identitas adalah proses mendalam dalam mencari dan menggali nilai-nilai, keinginan, minat, dan aspirasi individu. Mahasiswa pada tahap ini berusaha untuk memahami peran mereka dalam masyarakat dan bagaimana nilai-nilai mereka berbaur dengan pandangan dunia yang lebih luas.

Dalam artikel ini, kita akan memahami lebih lanjut bagaimana krisis eksistensial dan eksplorasi identitas menjadi isu yang relevan dalam kehidupan mahasiswa. Kita akan menjelajahi bagaimana pemikiran filosofis mempengaruhi cara pandang mereka tentang diri mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka. 

Dengan demikian, kita dapat menemukan bagaimana filsafat membentuk perspektif mahasiswa dan menginspirasi pencarian makna yang mendalam dalam eksistensi mereka.

Melalui pemahaman yang lebih baik tentang peran filsafat dalam hidup mahasiswa, kita dapat mengapresiasi dampaknya dalam membantu mereka menghadapi tantangan krisis eksistensial dan menemukan makna dalam proses eksplorasi identitas. 

Dengan demikian, kita mengajak pembaca untuk memperdalam wawasan tentang bagaimana filsafat menjadi alat pencerahan bagi para mahasiswa, membantu mereka membentuk pandangan yang lebih jernih dan bermakna tentang diri mereka dan dunia di sekitar mereka.

A. Pengertian Krisis Eksistensial

Krisis eksistensial merupakan fenomena psikologis dan filosofis yang merujuk pada momen signifikan dalam hidup seseorang di mana mereka mulai merenungkan pertanyaan fundamental tentang arti dan tujuan hidup. 

Krisis ini mencakup pertimbangan mendalam tentang identitas diri, eksistensi, nilai-nilai, dan pandangan dunia yang mendasari. Mahasiswa seringkali menghadapi krisis eksistensial karena berbagai alasan yang terkait dengan tahap perkembangan hidup dan perubahan sosial yang dihadapi selama masa perguruan tinggi

Pertama-tama, masa perguruan tinggi adalah periode transisi yang signifikan bagi banyak mahasiswa. Mereka meninggalkan lingkungan keluarga dan kota asal, memasuki dunia baru yang tidak terbiasa dengan tantangan akademis, sosial, dan emosional. Perubahan ini dapat memicu refleksi mendalam tentang siapa mereka sebenarnya, apa arti kehadiran mereka di dunia, dan apa tujuan mereka dalam hidup.

Kedua, tuntutan akademis yang tinggi dan pilihan karier yang kompleks juga dapat menyebabkan krisis eksistensial. Mahasiswa dihadapkan pada tekanan untuk memilih jurusan, menghadapi tantangan akademis, dan menavigasi pilihan karier yang sering kali tampak kabur dan tidak pasti. Semua pertimbangan ini dapat memicu kebingungan dan kekhawatiran tentang arah hidup mereka

Selain itu, perkembangan teknologi dan globalisasi telah membuka dunia bagi mahasiswa saat ini. Mereka dapat terpapar pada berbagai pandangan, nilai, dan budaya dari seluruh penjuru dunia. Sementara itu, seringkali mereka dihadapkan pada pertanyaan mengenai identitas mereka dalam konteks dunia yang semakin kompleks dan terkoneksi ini.

Tidak jarang pula, tekanan sosial untuk mencapai standar kesuksesan yang tinggi dalam bidang akademis, karier, dan kehidupan pribadi dapat menyebabkan krisis eksistensial. Mahasiswa sering merasa tidak mampu memenuhi ekspektasi yang ditetapkan oleh diri mereka sendiri, keluarga, atau masyarakat, dan akhirnya mencari arti hidup mereka dalam kaitannya dengan kesuksesan dan kebahagiaan.

Dengan banyaknya tekanan dan pertanyaan yang dihadapi mahasiswa saat ini, krisis eksistensial menjadi fenomena yang umum dan relevan dalam kehidupan mereka. Meskipun periode ini mungkin penuh tantangan, krisis eksistensial juga dapat menjadi kesempatan bagi mahasiswa untuk merenungkan nilai-nilai dan tujuan hidup mereka. 

Pemahaman tentang fenomena ini menjadi penting karena membantu kita lebih menghargai peran filsafat dalam membentuk perspektif mahasiswa dan menginspirasi pencarian makna yang lebih mendalam dalam eksistensi mereka.

B. Pemahaman Identitas dalam Perspektif Filsafat

Dalam mencari pemahaman tentang identitas, filsafat telah memberikan beragam teori dan pandangan yang mendalam tentang aspek-aspek yang mendasarinya. Eksplorasi konsep identitas dari sudut pandang filsafat memberikan wawasan yang dalam tentang sifat dan keberadaan manusia. Beberapa teori yang relevan yang mendasari diskusi ini adalah teori self, identitas diri, dan eksistensi.

Pertama, teori self memperkenalkan konsep tentang esensi individu dan hubungannya dengan dunia di sekitarnya. Self dapat dipandang sebagai inti keberadaan manusia yang mencakup kesadaran diri, pemikiran, dan pengalaman. Filsuf seperti Ren Descartes menggambarkan self sebagai "aku berpikir, maka aku ada," menegaskan keberadaan diri melalui proses berpikir. Pendekatan ini menekankan pentingnya kesadaran sebagai landasan identitas diri.

Kedua, teori identitas diri membahas bagaimana individu memahami dan membentuk diri mereka melalui berbagai pengalaman, hubungan, dan peristiwa dalam hidup. Pemikir seperti Erik Erikson dalam teori perkembangan psikososialnya mengidentifikasi tahapan-tahapan yang mempengaruhi pembentukan identitas dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Hal ini menekankan bagaimana pengalaman dan interaksi sosial membentuk identitas individu.

Ketiga, filsafat eksistensialisme menyoroti bagaimana eksistensi manusia berarti ketidakpastian dan kebebasan dalam menciptakan diri mereka sendiri. Para filsuf seperti Jean-Paul Sartre menekankan bahwa manusia adalah "eksistensi sebelum esensi," yang berarti bahwa manusia terlebih dahulu ada, dan kemudian melalui tindakan dan pilihan mereka, mereka menciptakan arti dan identitas mereka sendiri. Dalam konteks ini, manusia dihadapkan pada tanggung jawab pribadi untuk membangun dan memberikan arti pada kehidupan mereka.

Melalui perspektif-perspektif ini, filsafat menawarkan landasan pemikiran yang kuat dalam memahami identitas manusia. Konsep self, identitas diri, dan eksistensi memberikan wawasan tentang bagaimana manusia memahami dan membentuk diri mereka sendiri dalam kaitannya dengan lingkungan sosial dan lingkungan alam. 

Eksplorasi ini menjadi relevan bagi mahasiswa yang berada dalam tahap eksplorasi identitas, karena membantu mereka memahami bagaimana identitas mereka tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal, tetapi juga oleh interaksi dan pilihan hidup mereka.

Dengan memahami perspektif filsafat tentang identitas, mahasiswa dapat merenung tentang esensi diri mereka, menghargai peran pengalaman dan hubungan sosial dalam membentuk identitas, serta menyadari tanggung jawab pribadi mereka dalam menciptakan arti dan tujuan hidup. 

Pemahaman tentang konsep identitas dari sudut pandang filsafat mengajak mahasiswa untuk menggali landasan filosofis yang mendalam dalam upaya mereka untuk membentuk perspektif pribadi yang kokoh dan bermakna tentang identitas diri dan eksistensi mereka di dunia ini.

C. Peran Filsafat dalam Memahami Diri

Filsafat telah lama menjadi alat penting dalam membantu manusia memahami diri mereka sendiri, nilai-nilai, dan tujuan hidup. Bagi mahasiswa, eksplorasi pemikiran filosofis dapat menjadi jendela menuju pemahaman yang lebih mendalam tentang diri mereka sendiri dan arti hidup mereka. Berikut adalah beberapa cara bagaimana filsafat berperan dalam memfasilitasi proses pemahaman diri bagi mahasiswa:

  • Refleksi Pribadi; Filsafat mendorong mahasiswa untuk merenung tentang pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang keberadaan dan eksistensi mereka. Pertanyaan seperti "Siapa saya?" atau "Apa arti hidup?" mengajak mereka untuk memeriksa diri mereka sendiri dari sudut pandang yang lebih luas, mengarah pada pemahaman yang lebih mendalam tentang nilai-nilai dan identitas pribadi.
  • Pemahaman Nilai-nilai; Filsafat mempertanyakan makna nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat dan individu. Dengan mempertimbangkan berbagai pandangan filosofis tentang moralitas dan etika, mahasiswa dapat merenungkan nilai-nilai mereka sendiri dan mengapa mereka menganggapnya penting. Proses ini membantu mereka lebih sadar tentang prinsip-prinsip yang membimbing tindakan dan keputusan mereka.
  • Mengatasi Konflik Internal; Mahasiswa seringkali menghadapi konflik internal dalam membuat keputusan atau mencari arti dalam hidup mereka. Filsafat dapat membantu mereka memahami berbagai sudut pandang dan argumen yang berbeda, sehingga memungkinkan mereka mengatasi keraguan dan kebingungan.
  • Menghadapi Keterbatasan Manusia; Filsafat juga membantu mahasiswa mengenali keterbatasan manusia dan menghadapi kenyataan bahwa tidak semua pertanyaan dapat dijawab sepenuhnya. Melalui filsafat, mereka belajar untuk menghadapi ketidakpastian dengan lebih bijaksana dan mencari arti dalam pencarian itu sendiri.
  • Pencarian Makna; Filsafat mendorong mahasiswa untuk melakukan pencarian makna dalam hidup mereka. Studi tentang pemikiran filosofis tentang tujuan hidup dan eksistensi manusia membantu mahasiswa memperluas pandangan mereka tentang arti dan tujuan eksistensi mereka.
  • Hubungan dengan Dunia dan Orang Lain; Filsafat merangsang refleksi tentang hubungan dengan dunia di sekitar mereka dan dengan orang lain. Pemikiran tentang etika, politik, dan epistemologi membantu mahasiswa memahami bagaimana mereka berinteraksi dengan lingkungan sosial dan memberikan dampak pada masyarakat.

Dengan demikian, pemikiran filosofis memiliki peran sentral dalam membantu mahasiswa memahami diri mereka sendiri dan tujuan hidup mereka. Melalui refleksi mendalam dan pemahaman tentang nilai-nilai, mahasiswa dapat mengembangkan perspektif yang lebih kaya tentang eksistensi mereka. 

Filsafat memberikan fondasi pemikiran yang kritis dan pemahaman tentang sifat manusia, membantu mereka merenungkan identitas, nilai-nilai, dan tujuan mereka dalam konteks yang lebih luas.

 Dengan demikian, pemahaman diri yang lebih mendalam dan pemikiran filosofis yang lebih bijaksana membantu mahasiswa menghadapi tantangan dan membuat keputusan dengan lebih bertanggung jawab dalam perjalanan hidup mereka.

D. Konfrontasi dengan Pertanyaan Filosofis

Pertanyaan-pertanyaan filosofis yang mendalam, seperti "siapa saya?" atau "apa arti hidup?", dapat menjadi pemicu penting dalam membentuk cara mahasiswa memandang diri dan dunia di sekitar mereka. Konfrontasi dengan pertanyaan-pertanyaan ini mendorong mereka untuk merenung dan mempertanyakan keyakinan serta nilai-nilai yang telah mereka anut sebelumnya. Berikut adalah cara bagaimana pertanyaan-pertanyaan filosofis mempengaruhi cara mahasiswa memandang diri dan dunia:

  • Membuka Pintu Refleksi; Pertanyaan filosofis seperti "siapa saya?" atau "apa arti hidup?" mengajak mahasiswa untuk merenung tentang eksistensi mereka dan posisi mereka dalam dunia ini. Ini membuka pintu refleksi pribadi yang mendalam dan mengarah pada pertanyaan kritis tentang tujuan dan makna hidup.
  • Memperluas Pandangan; Pertanyaan-pertanyaan filosofis mendorong mahasiswa untuk melampaui pandangan sempit tentang diri dan dunia. Mereka menjadi lebih terbuka terhadap berbagai sudut pandang dan mempertimbangkan berbagai argumen, sehingga meningkatkan pemahaman tentang kompleksitas kehidupan.
  • Menguji Keyakinan dan Nilai-nilai; Pertanyaan-pertanyaan filosofis menyajikan tantangan bagi keyakinan dan nilai-nilai yang telah dianut mahasiswa sebelumnya. Mereka mungkin mulai mempertanyakan apakah keyakinan tersebut berasal dari pemahaman yang mendalam atau hanya dipengaruhi oleh lingkungan dan budaya sekitar.
  • Mendorong Pencarian Makna; Pertanyaan-pertanyaan filosofis memicu pencarian makna dalam hidup. Mahasiswa dapat merenungkan tujuan dan tujuan hidup mereka, mencari arti yang lebih dalam dalam tindakan dan keputusan mereka.
  • Menyadari Keterbatasan; Pertanyaan-pertanyaan filosofis membantu mahasiswa menyadari bahwa tidak semua pertanyaan memiliki jawaban yang pasti. Mereka belajar untuk menghadapi ketidakpastian dan ambiguitas dalam hidup dengan lebih bijaksana dan realistis.
  • Memotivasi Pencarian Pengetahuan; Pertanyaan-pertanyaan filosofis merangsang minat mahasiswa untuk mencari pengetahuan lebih lanjut tentang berbagai aliran pemikiran filosofis dan pemikiran manusia sepanjang sejarah. Hal ini mendorong mereka untuk lebih mendalami pemikiran filosofis dan mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang diri mereka sendiri dan dunia.

Akumulasi dari konfrontasi dengan pertanyaan-pertanyaan filosofis ini membentuk pola pikir dan cara pandang yang lebih bijaksana dan terbuka bagi mahasiswa. Mereka menjadi lebih sadar akan kompleksitas eksistensi manusia dan menyadari bahwa hidup adalah sebuah perjalanan pencarian makna yang berkelanjutan. Pemikiran filosofis mempengaruhi cara mahasiswa memandang diri dan dunia, membuka jalan untuk perkembangan pribadi, intelektual, dan emosional yang lebih matang.

E. Tantangan dan Kesulitan dalam Memahami Filsafat

Studi filsafat dan pencarian makna hidup adalah proses yang kompleks dan kadang-kadang menantang bagi mahasiswa. Beberapa tantangan yang mungkin dihadapi dalam memahami filsafat dan mencari makna hidup adalah sebagai berikut:

  • Abstraksi dan Kompleksitas; Filsafat sering kali melibatkan bahasa dan konsep yang abstrak serta pemikiran yang kompleks. Mahasiswa mungkin menghadapi kesulitan dalam memahami teori-teori filosofis dan menerapkan mereka dalam kehidupan nyata.

  • Ketidakjelasan Tujuan; Mahasiswa dapat merasa kebingungan tentang tujuan dan manfaat studi filsafat dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pertanyaan tentang bagaimana filsafat dapat relevan dan bermanfaat dalam pencarian makna hidup mereka dapat menjadi hambatan.

  • Tantangan dalam Menerapkan Teori ke Praktik; Memahami konsep filosofis adalah satu hal, tetapi menerapkan pemikiran filosofis dalam kehidupan nyata adalah tantangan lain. Mahasiswa mungkin kesulitan menggabungkan pemikiran filosofis dengan pilihan dan tindakan mereka dalam kehidupan sehari-hari.

  • Ketidakpastian dan Ambiguitas; Studi filsafat dapat menyingkapkan ketidakpastian dan ambiguitas tentang banyak aspek kehidupan. Mahasiswa mungkin merasa kebingungan tentang jawaban yang pasti atas pertanyaan-pertanyaan filosofis yang mendalam.

  • Tantangan Berkomunikasi; Menyampaikan pemikiran filosofis secara efektif kepada orang lain bisa menjadi tantangan. Mahasiswa mungkin merasa kesulitan untuk berkomunikasi tentang pemahaman mereka tentang filsafat atau makna hidup dengan cara yang mudah dipahami oleh orang lain.

  • Konflik Nilai dan Keyakinan; Studi filsafat dapat menghadapkan mahasiswa pada pandangan-pandangan yang berbeda dan bahkan bertentangan. Ini bisa menimbulkan konflik dalam nilai-nilai dan keyakinan mereka sendiri, yang dapat mempersulit pencarian makna hidup yang konsisten.

Mengatasi hambatan dan tantangan ini memerlukan kesabaran, ketekunan, dan pemahaman mendalam tentang diri sendiri. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat membantu mahasiswa mengatasi tantangan dalam memahami filsafat dan mencari makna hidup:

  • Belajar dengan Keterbukaan Hati; Berusahalah untuk belajar dengan keterbukaan hati dan pikiran terbuka. Jangan takut untuk merenungkan pandangan yang berbeda dan mencari pemahaman yang lebih mendalam tentang filsafat.

  • Diskusikan dengan Orang Lain; Diskusikan pemikiran dan pertanyaan filosofis dengan teman sekelas atau dosen. Berbicaralah dengan orang lain tentang pemikiran Anda, dan dengarkan pandangan mereka. Proses berdiskusi dapat membantu mengklarifikasi pemahaman Anda.

  • Terapkan dalam Kehidupan Nyata; Cobalah menerapkan pemikiran filosofis dalam situasi kehidupan nyata. Melakukan ini akan membantu Anda menghubungkan pemikiran filosofis dengan pilihan dan tindakan Anda.

  • Refleksi Terhadap Konflik Nilai; Jika Anda menghadapi konflik nilai, luangkan waktu untuk merenung dan mengklarifikasi nilai-nilai Anda. Kenali keyakinan inti Anda dan bagaimana mereka mempengaruhi pencarian makna hidup Anda.

  • Belajar dari Perdebatan; Jangan takut untuk menghadapi ketidakpastian dan ambiguitas. Belajarlah dari perdebatan dan kritik, dan gunakan tantangan ini sebagai kesempatan untuk berkembang dan mencari pemahaman yang lebih dalam.

  • Bergabung dalam Komunitas Studi Filsafat; Bergabung dalam kelompok studi filsafat atau komunitas yang berbagi minat yang sama dapat membantu Anda mendapatkan dukungan dan perspektif baru dalam pencarian makna hidup Anda.

Dengan keterbukaan hati dan ketekunan, mahasiswa dapat mengatasi tantangan dan hambatan dalam memahami filsafat dan mencari makna hidup mereka. Proses ini adalah perjalanan pribadi yang unik bagi setiap individu, dan pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri dan eksistensi mereka dapat membawa pengalaman hidup yang lebih bermakna dan kaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun