Refleksi 2024 (4)
Memagari Diri dari Perbuatan Sombong
Memahami sebab, mengapa orang menjadi sombong, akar pangkalnya kembali kepada sumber daya manusia (SDM) bersangkutan. Seseorang yang pendidikan agama, pendidikan dalam keluarga, pendidikan dalam masyarakat, dan pendidikan formalnya berhasil, akan memiliki kecerdasan spiritual, intelegensi, dan personality yang mumpuni. Maka, akan mampu memagari dirinya sendiri dari perbuatan dan perilaku sombong.
(Supartono JW.26122024)
Semua yang kita miliki sekarang, hanyalah titipan Tuhan. Akan ada saat, kita tidak berhak memilikinya lagi, semua akan menghilang dari kita, bahkan tanpa bekas. Dari kaya, lalu menjadi miskin. Kecantikan dan ketampanan, pun akan luntur.
Saat masuk ke liang lahat, tidak ada yang menyertai kita saat mempertanggung jawabkan semua perbuatan di dunia, kecuali amalan, bila kita tergolong orang yang bertaqwa.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), taqwa adalah terpeliharanya diri untuk tetap taat melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Bagaimana perilaku diri kita sepanjang tahun 2024, terkait hal tersebut? Apakah ada perbuatan sombong/takabur yang kerap kita lakukan baik secara sadar mau pun tanpa kita sadari?
Boleh saja pikiran dan hati kita "ngeles", tidak mengakui telah beberapa kali melakukan perbuatan sombong/takabur, tetapi orang lain/pihak lain yang dekat dan bersosialisasi dengan kita, tahu, kita ini orang yang sombong/takabur
Sombong atau takabbur dalam bahasa Arab adalah sikap yang menunjukkan keangkuhan diri terhadap orang lain. Sesuai KBBI, sombong adalah sikap menghargai diri secara berlebihan.
Perbuatan sombong pun sangat mudah diidentifikasi oleh setiap orang, karena dapat dilihat dan terlihat. Malah, orang yang sombong justru bangga memamerkan kesombongannya.
Sebab, merasa memiliki kelebihan seperti jabatan, harta, kedudukan sosial, keturunan, atau ilmu, dll. Mirisnya, malah banyak yang menyombongkan hal-hal yang bukan miliknya. Seperti  dari hasil korupsi, manipulasi, (KKN).
Orang sombong selalu akan merasa telah berjuang dengan hebat dan pantas untuk menikmati hasil dan bahagia, tetapi tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya. Karena tidak melihat atau tidak pernah melihat segala sesuatu dari sudut pandang orang lain.
Orang sombong, biasanya malah dengan sadar melakukan kesombongan, narsis, jauh dari sikap tawadhu' (rendah hati).
Penyebabnya
Mengapa orang menjadi sombong? Jawabnya, orang awam kini juga mudah menyebutkan sebabnya. Sombong ini, berbeda dengan egois yang penyebabnya dapat karena hal medis, kecelakan yang menimpa otak.
Seseorang menjadi sombong yang penyebabnya sulit dibantah, biasanya karena:
(1) Faktor keturunan.
Faktor keturunan sampai sekarang masih menimbulkan sikap kesombongan pada seseorang. Sebab itu, bila ada orang yang sombong, biasanya masyarakat akan melihat dari sudut keturunan. Karena di tengah masyarakat kita, bila ada keluarga yang dideteksi sombong, biasanya keturunannya akan terbawa ikut memiliki sifat sombong yang bahkan menjadi karakter.
(2) Ibadah dan amal saleh.
Seharusnya, bila seseorang rajin beribadah dan beramal saleh, maka akan signifikan menjadi orang yang rendah hati. Tetapi, faktanya, banyak orang yang rajin beribadah dan beramal saleh, justru sombong.
Bangga bila disanjung sebagai ahli ibadah dan ahli amal saleh. Senang bila orang lain menyebutnya sebagai al ustadz, ulama, kyai, ahli ibadah, ahli amal saleh.
(3) Ilmu pengetahuan.
Orang yang "merasa" berilmu berbeda dengan orang berilmu. Orang berilmu, pasti rendah hati. Sementara orang yang merasa berilmu, biasanya akan sombong.
Karena sebenarnya ilmunya masih "cetek", tetapi mengikrarkan dirinya sebagai orang yang sudah berilmu. Karena pendidikan formal yang tinggi. Tetapi, kini banyak orang yang memilki ijazah pendidikan tinggi, cara mendapatkannya sekadar via jalur formalitas. Bahkan yang via jalur formal, kualitasnya pun banyak yang tetap rendah karena selama proses pedidikan, sekadar tuntas, sekadar belajar dan diajar, tidak terdidik.
Nah, orang-orang yang seperti demikian itu, kelakuannya malah minta di anggap mulia dan orang pandai. Senang memberi nasihat dan memaksakan agar orang lain menerapkan apa yang di nasihatkan. Tidak akan sadar banyak orang lain yang lebih berilmu, tetapi rendah hati.
(4) Tampan dan cantik
Ketampanan lelaki dan kecantikan untuk perempuan, sudah biasa, membuat seseorang sombong.
5. Kekayaan/harta benda
Ada orang yang dilimpahi kekayaan yang hartanya tidak akan habis sampai 7 turunan, tetap rendah hati. Tetapi juga ada yang sombong. Sebabnya, bisa dipahami, ya?
Tetapi banyak orang yang bahkan tidak kaya, tetapi sombong. Lebih parah, para orang kaya baru (OKB), biasanya juga melalui fase sombong. Meski harta benda dan kekayaannya diperoleh dengan cara tidak halal. Orang lain pun, tahu hal itu.
6. Kedudukan, Jabatan, dan kekuasaan
Di negeri ini, siapa rakyat yang tidak melihat, bahwa orang-orang yang meminta amanah dari rakyat, bukan mendapat amanah dari rakyat, karena cara mendapatkan kedudukan, jabatan, dan kekuasaan, sampai merendahkan martabat diri, menanggalkan etika dan moral, terus beredar. Bahkan dipaksakan hingga turun-temurun? Saat disorot kamera televisi pun, wajahnya angkuh.
Mereka pun meneladani rakyat jelata untuk berperilaku seperti mereka, sesuka hati, dzalim.
(8) Golongan
Sudah mentradisi pula ada masyarakat yang dalam individu/keluarga yang merasa terhormat. Memiliki pengikut, pendukung yang banyak, biasanya, sikapnya sombong.
(9) Hadirnya medsos
Hadirnya media sosial (medsos), juga menyuburkan sikap sombong pada masyarakat. Karena memiliki pengikut yang banyak, malah menganggap dirinya selebgram, youtuber, kreator, seniman, budayawan, dramawan, dan lainnya.
Bahkan, di dunia pertelevisian bukan arus utama, sekarang mudah sekali, stasiun televisi menjuluki narasumber sebagai pengamat, praktisi, ahli, dll. Padahal, itu sematan gelar hanya untuk seseorang yang proses dalam bidangnya sudah seperti melalui jalur perkuliahan.
Yah, memahami sebab, mengapa orang menjadi sombong, akar pangkalnya kembali kepada sumber daya manusia (SDM) bersangkutan. Seseorang yang pendidikan agama, pendidikan dalam keluarga, pendidikan dalam masyarakat, dan pendidikan formalnya berhasil, akan memiliki kecerdasan spiritual, intelegensi, dan personality yang mumpuni. Maka, akan mampu memagari dirinya sendiri dari perbuatan dan perilaku sombong.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H