Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sombong yang Disadari

25 Desember 2024   21:14 Diperbarui: 26 Desember 2024   13:48 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Karena sebenarnya ilmunya masih "cetek", tetapi mengikrarkan dirinya sebagai orang yang sudah berilmu. Karena pendidikan formal yang tinggi. Tetapi, kini banyak orang yang memilki ijazah pendidikan tinggi, cara mendapatkannya sekadar via jalur formalitas. Bahkan yang via jalur formal, kualitasnya pun banyak yang tetap rendah karena selama proses pedidikan, sekadar tuntas, sekadar belajar dan diajar, tidak terdidik.

Nah, orang-orang yang seperti demikian itu, kelakuannya malah minta di anggap mulia dan orang pandai. Senang memberi nasihat dan memaksakan agar orang lain menerapkan apa yang di nasihatkan. Tidak akan sadar banyak orang lain yang lebih berilmu, tetapi rendah hati.

(4) Tampan dan cantik

Ketampanan lelaki dan kecantikan untuk perempuan, sudah biasa, membuat seseorang sombong.

5. Kekayaan/harta benda

Ada orang yang dilimpahi kekayaan yang hartanya tidak akan habis sampai 7 turunan, tetap rendah hati. Tetapi juga ada yang sombong. Sebabnya, bisa dipahami, ya?

Tetapi banyak orang yang bahkan tidak kaya, tetapi sombong. Lebih parah, para orang kaya baru (OKB), biasanya juga melalui fase sombong. Meski harta benda dan kekayaannya diperoleh dengan cara tidak halal. Orang lain pun, tahu hal itu.

6. Kedudukan, Jabatan, dan kekuasaan

Di negeri ini, siapa rakyat yang tidak melihat, bahwa orang-orang yang meminta amanah dari rakyat, bukan mendapat amanah dari rakyat, karena cara mendapatkan kedudukan, jabatan, dan kekuasaan, sampai merendahkan martabat diri, menanggalkan etika dan moral, terus beredar. Bahkan dipaksakan hingga turun-temurun? Saat disorot kamera televisi pun, wajahnya angkuh.

Mereka pun meneladani rakyat jelata untuk berperilaku seperti mereka, sesuka hati, dzalim.

(8) Golongan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun