Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memahami Mengapa dalam Candaan, Harga Otak Orang +62, Mahal?

13 Agustus 2024   12:27 Diperbarui: 13 Agustus 2024   18:59 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Apa yang disampaikan Drost adalah fakta, pasalnya saat tahun 1987, di kelas kuliah saya, ada beberapa mahasiswa/i yang berasal dari negera tetangga, dibiayai oleh negaranya untuk belajar kepada Indonesia.

Bagaimana kondisi pendidikan Indonesia terkini, 2024? Setelah 29 tahun sejak seminar 1995? Apakah pendidikan Indonesia mampu mengejar ketertinggalannya dari negara lain. Semisal dari negara tetangga Asia Tenggara, khusus yang berkaitan dengan kinerja otak?

Hasil penelitian Program for International Student Assessment (PISA) 2022 yang diumumkan pada 5 Desember 2023, Indonesia masih berada di peringkat 68 dari 81 negara, peringkat buncit dari negara Asia Tenggara, dengan skor; matematika (379), sains (398), dan membaca (371).

Hasil tersebut membuktikan, terkait kecerdasan otak, Indonesia masih tercecer.

Kecerdasan otak (IQ)

Untuk memastikan seseorang cerdas otak, selain dapat dilihat dari ciri-cirinya adalah meggunakan tes intelligent quotient (IQ), maka akan didapatkan hasil pengukuran dari kecerdasan kristal, yaitu kecerdasan yang terbentuk atas proses pembelajaran dan pengalaman hidup.

Karenanya, IQ akan menggambarkan kemampuan seseorang dalam berpikir, mengolah, menguasai lingkungan, dan bertindak secara terarah. Sebab, IQ memiliki kaitan yang erat dengan pemecahan masalah logika, matematis, dan strategis. Dan, faktor genetik memiliki peran yang besar dalam pembentukan IQ.

Itulah sebabnya, tingkat kecerdasan IQ seseorang tidak jauh berbeda ketika masih kecil hingga dewasa. Namun, tidak menutup kemungkinan adanya hal-hal lain yang memengaruhi tingkat kecerdasan intelektual seseorang berkembang, karena pengaruh lingkungan dan ilmu pengetahuan yang didapat selama proses akademik (belajar formal di sekolah/kuliah.

Bagaimana dengan orang yang mendapat pengaruh buruk dari lingkungan dan tidak mendapat asupan ilmu pengetahuan yang didapat dari proses akademik? Inilah yang selama ini menjadi pekerjaan rumah (PR) besar pemimpin negeri ini. Tetapi jelang 79 tahun Indonesia merdeka, pendidikan yang seharusnya mencerdaskan manusia, hingga otaknya menjadi murah karena dipakai untuk berpikir, bekerja, kritis, kreatif, inovatif, dan lainnya, masih sekadar harapan.

Lihatlah, betapa para pemimpin di negeri ini, hanya sibuk mengurus kepentingan diri, keluarga, dinasti, kroni, kelompok, golongan, partai, oligarki, hingga cukongnya, untuk jabatan, kedudukan, kekuasaan, hingga bancakan uang rakyat,  bukan amanah untuk rakyat.

Atas kondisi ini, orang-orang Indonesia pun dapat di petakan kecerdasan otaknya (IQ), kecerdasan emosinya (EQ), dan kecerdasan spiritualnya (SQ). Lalu, dapat diketahui, mengapa otak orang Indonesia itu mahal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun