Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

(14/2/2024), Hati Nurani Terdidik: Retrospektif dan Prospektif

13 Februari 2024   10:30 Diperbarui: 13 Februari 2024   11:11 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesuai makna ke-4 dalam KBBI, hati adalah sesuatu yang ada di dalam tubuh manusia yang dianggap sebagai tempat segala perasaan batin dan tempat menyimpan pengertian (perasaan dan sebagainya).

Sementara nurani berkenaan dengan atau sifat cahaya (sinar dan sebagainya), hati, perasaan hati yang murni yang sedalam-dalamnya, lubuk hati yang paling dalam.

Gabungan dari keduanya, dalam kehidupan, hati nurani adalah suatu proses kognitif yang menghasilkan perasaan dan pengaitan secara rasional berdasarkan pandangan moral atau sistem nilai seseorang.

Pasalnya,  hati nurani berbeda dengan emosi atau pikiran yang muncul akibat persepsi indrawi atau refleks secara langsung, seperti misalnya tanggapan sistem saraf simpatik.

Fungsi saraf simpatik adalah membantu tubuh menjalankan tindakan yang memerlukan respons cepat, di antaranya: Menstimulasi produksi hormon adrenalin. Memperlambat proses sistem pencernaan. Meningkatkan detak jantung, tekanan darah, dan laju pernapasan.

Berikutnnya, hati nurani bersifat personal. Artinya, selalu berkaitan erat dengan pribadi bersangkutan. Hati nurani akan berkembang juga bersama dengan perkembangan seluruh kepribadian seseorang. Karenanya, hati nurani hanya berbicara dan memberi penilaian tentang perbuatan diri sendiri.

Oleh sebab itu, hati nurani didefinisikan sebagai bagian dari jiwa manusia yang menyebabkan penderitaan mental dan perasaan bersalah saat menentang dan perasaan senang dan damai sejahtera saat tindakan, pikiran dan perkataan sesuai dengan sistem nilai yang dianut.

Nah, di saat seperti pemilu inilah, hati nurani rakyat disentuh dengan berbagai cara, agar merasa bersalah. Agar tidak menentang. Siapa yang membuat hati nurani merasa bersalah, dialah pihak yang licik itu.

Siapa yang membuat hati nurani tidak dapat menentang meski yang telah membuat merasa bersalah adalah pihak penjajah pribumi. Pihak yang melakukan kecurangan dan pelanggaran pemilu secara tersistem, terstruktur, dan masif.

Bansos adalah satu di antara senjata perbuatan dari pihak yang licik, untuk menghukum hati nurani rakyat merasa bersalah bila tidak berterima kasih dan membalas budi. Membuat hati nurani rakyat merasa menentang bila tidak memilih atau mencoblosnya.

Hati nurani terdidik

Satu hari jelang Pemilu, saya memastikan, akan ada rakyat yang hati nuraninya masih kuat merasa bersalah atau menentang, bila tidak mencoblos pihak yang telah memberikan kebahagiaan semu. Kebahagiaan untuk satu hari atau paling lama satu minggu, tetapi kembali dibodohi, dimiskinkan, dan dibikin menderita selama 5 tahun ke depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun