Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjaga Kebaikan dan Ketulusan Seseorang

3 Agustus 2023   18:12 Diperbarui: 3 Agustus 2023   18:16 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Seseorang yang kaya pikiran dan kaya hati, akan mudah menjaga kebaikan dan ketulusan yang diberikan oleh orang lain.

(Supartono JW.02082023)

Ku Jaga. Itulah judul yang saya tulis pada 4 September 2016. Lagu ini, sebagai lagu ke-9 dari 10 urutan lagu, yang ada dalam naskah drama adaptasi yang saya tulis untuk budaya pentas. 

Sesuai jalan cerita, tentu lagu-lagu yang saya tulis memdeskripsikan adegan sesuai situasi dan kondisi yang ada, sesuai alur naskah. 

Lagu Ku Jaga, adalah jawaban awal dari pergolakan kisah, sejak awal drama dibuka, sebelum drama ditutup oleh lagu terakhir. Lagu ke-10 yang sekaligus menutup adegan.

Berikut adalah lirik lagu Ku Jaga, yang sudah saya dokumentasikan dengan sangat sederhana di chanel Youtube Supartono JW. 

Ku Jaga
By Supartono JW
4 September 2016

Semua yang telah kita lewati
Bukan terjadi begitu saja
Namun itu semua
Karna rasa di dalam jiwa

Kebaikanmu dan ketulusanmu
Bangkitkan rasa yang telah mati
Kini hatiku terbuka
Sembuh dari luka
Karena kehadiranmu

Reff.

Tlah kembali
Rasa yang ada di jiwa ini
Karna kebaikanmu

Kan ku jaga
Rasa yang ada di jiwa ini
Karna ketulusanmu

Tertanam sampai akhir hidupku
Meski jarak kan pisahkan kita

Sesuai liriknya, di bait pertama, mengisahkan betapa sudah ada perjalanan kisah yang tidak terjadi begitu saja. Dan, kisah yang terjadi, berdasarkan pondasi atas rasa yang ada di dalam jiwa.

Di bait kedua, hadirnya seseorang dengan kebaikan dan ketulusannya, membuat rasa di dalam jiwa yang telah lama mati, membuka hati dan menyembuhkan luka dalam dirinya.

Pada akhirnya, di bait ketiga, diungkap ulang bahwa kebaikan membuat rasa di jiwa yang telah lama mati dapat kembali.

Dan, tidak ada kata lain bahwa kebaikan dan ketulusan itu wajib dijaga. Kebaikan dan ketulusan yang sampai ke dalam pikiran dan hati, sudah pasti kuat tertanam hingga akhir hidup, meski pun jarak, nantinya akan memisahkan.

Dalam kehidupan nyata

Mengapa saya menulis lagu Ku Jaga dengan lirik seperti demikian? Tentu, lirik menyesuaikan alur cerita dalam drama. Lalu ending cerita juga saya buat akhir yang bahagia (happy ending).

Namun, sejatinya, lagu Ku Jaga, bila diterapkan dalam kehidupan nyata, bukan hanya ditempelkan pada urusan rasa, urusan cinta, maka akan signifikan bila diaplikasikan dalam urusan apa pun.

Misal, mulai dari diri sendiri, tentu kita wajib berbuat kebaikan dan ketulusan kepada siapa pun, dalam hal apa pun. Bila kita sudah mampu berbuat baik dan melakukannya dengan tulus, maka wajib dijaga agar kita tidak menjadi orang yang tidak baik dan perbuatan baiknya tidak tulus.

Dalam lingkungan keluarga, saudara, pertemanan, persahabatan, hingga lingkungan masyarakat, kebaikan yang tulus, sangat didambakan oleh semua pihak. Meski, dalam praktiknya, ada orang yang berbuat baik tetapi tidak tulus. Karena ada maunya, ada udang di balik batu. Sebaliknya ada orang yang tulus, tetapi belum mampu melakukan perbuatan yang baik.

Di sekolah, kuliah, pekerjaan, perbuatan kebaikan dan ketulusan, juga wajib ditanam, dirawat, dan dijaga agar pendidikan dan pekerjaan berhasil dan sukses. Melahirkan manusia-manusia berkarakter dan kompeten.

Dalam dunia politik, bicara kebaikan dan ketulusan, biasanya hanya sebagai intrik, taktik, siasat, dll. Meski begitu kebaikan dan ketulusan tetap wajib dijaga.

Mengingatkan diri sendiri

Pertanyaannya, untuk diri saya sendiri, apakah selama ini, saya sudah menjaga kebaikan demi kebaikan dari orang lain yang diberikan dengan tulus kepada saya. Lalu, mampu menjaganya. Bahkan, terpikir untuk membalas kebaikan dan ketulusan mereka, semampu saya?

Apakah saya sudah termasuk kategori orang yang baik. Dapat berbuat baik? Apakah saya sudah termasuk kategori orang yang tulus? Dapat berbuat dengan tulus? Apakah saya sudah termasuk kategori orang yang tulus?

Diri saya tentu dapat menjawabnya secara subyektif. Namun, jawaban obyektif, tentu hanya dapat diungkap oleh orang-orang yang mengenal dan dekat dengan saya. 

Semoga, saya masih terus.diberikan kesempatan untuk belajar menjadi orang yang dapat berbuat baik dengan tulus. Dan, berbuat baik dengan tulus itu, bukan harus terlebih dahulu menjadi orang yang kaya harta.

Cukup menjadi orang yang kaya pikiran dan kaya hati, yakin saya, kita akan menjadi orang yang mampu berbuat baik dengan tulus. Dengan kaya pikiran  dan kaya hati, saya, kita, tentu juga akan mampu menjaga kebaikan dan ketulusan dari orang-orang yang dekat, orang-orang yang saya, kita sayangi, cintai. Aamiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun